Lompat ke konten Lompat ke footer

Isi Wawancara Mantan Terorist Ali Imron Bersama Rosiana Silalahi. Melawan ISIS (2017)


Rosiana Silalahi :
Silahkan mention di Kompas TV, Hastagnya melawan ISIS. Episode kali ini berbicara atau kita bertanya mendengarkan cerita dari para mantan terrorist. Tidak lengkap rasanya kalau saya tidak mewawancarai salah satu pelaku peledakan aksi bom bali dengan korban yang sangat besar. Termasuk aksi Teroristme yang besar karena korbannya lebih dari 200 orang. Ali Imron namanya. Ia terpidana seumur hidup. Saya bertanya padanya. Bagaimana seseorang bisa jadi terrorist.

Ali Imron :
Ada panggilan terrorist kan itu ketika ada aksi. Saya akui ataupun saya tidak akui. Saya adalah terlibat aksi teror. Yang berarti saya terrorist. Terus yang mendasari apa sebetulnya sehingga kami atau saya pribadi terlibat jadi terrorist. Pertama yang mendasari adalah salah satu syariat dalam islam yaitu Jihad  Fi sabilillah. Jadi kenapa saya sampai akhirnya pergi ke Afghanistan ikut belajar militer disana kemudian sampai bertahun tahun dasarnya adalah dasar jihad.

Rosiana Silalahi :
Kita baru mendapatkan sebuah rilis survei. Survei itu menunjjukkan bahwa 9. Sekitar 9% atau dibawah 10% orang yang simpatik atau mendukung ISIS. Selebihnya artinya diatas 90% tidak mendukung ISIS atau teguh pada NKRI setia pada Pancasila. Angka dibawah 10% yang simpatik atau mendukung ISIS ini menurut anda angka yang kecil atau tidak perlu dicemaskan atau sesungguhnya justru memiliki potensi kerisauan yang luar biasa untuk anda.

Ali Imron :
Persentase itu tidak penting. Terrorist atau orang yang punya pemahaman terrorist semua itu. Sedikit atau banyak mereka itu tetap akan terus melakukan gerakan dan menyebarkan pemahamannya.

Rosiana Silalahi :
Anda sepakat ngga radikal dulu terrorist kemudian.

Ali Imron :
Kalau istilah radikal, kemudian ekstrimis, extreme, kemudian terrorist itu ndak jauh beda. Hanya terrorist ketika dia ini terlibat aksi. Aksi radikal itu, kalau yang marak di Indonesia. yang juga saya terlibat disitu adalah aksi pengeboman. Disitu, Jadi sebetulnya tidak, tidak apa, tidak berbeda jauh.

Rosiana Silalahi :
Makanya ketika masih ada yang meragukan bahwa tidak ada terrorist, pemboman yang ada di Indonesia atau di beberapa daerah di Indonesia merupakan rekayasa, apakah ini sesungguhnya semakin melanggengkan upaya upaya terorisme atau bagaimana

Ali Imron :
Kalau buat Terorist. Itu adalah Ruang. Itu adalah Angin. Itu adalah kesempatan buat mereka dan mengembangbiakan mereka. Karena apa, setiap nanti ada komentar. Terus itu misalkan. Oh ini karena kezaliman polisi. Sehingga ada terrorist seperti ini. itu terrorist kipas kipas seperti ini, karena berarti dibantu oleh media dan oleh komentator itu. Tapi kalau buat saya pribadi. Yang ingin deradikalisasi.  Ingin teror ini berhenti, ingin mencegah teror, ingin menanggulangi teror, saya kecewa. Ketika masyarakat itu tidak tahu faktanya tentang terorisme atau teroris. Itu sulit sekali kami ajak bersama-sama atau kita ajak bersama-sama untuk deradikalisasi. Wong faktanya saya ngga tahu, apalagi bagaimana bisa diajak untuk menanggulangi dan mencegah terorisme.

Rosiana Silalahi :
Anda juga termasuk kecewa kalau ada pernyataan elit politik yang mengatakan tidak ada radikalisme di indonesia

Ali Imron :
Kecewa, karena apa. Menanggulangi dan mencegah terorisme itu harus semua lapisan masyarakat dunia terlibat. Itu. Tidak hanya saya sebenarnya. Sebagai mantan terrorist yang tobat. Tidak. Tidak cukup hanya organisasi kemasyarakatan seperti muhammadiyah dan sama MUI. Semuanya harus terlibat.

Rosiana Silalahi :
Bisakah kita memiliki. Satu kesamaan identifikasi ketika seorang ini sudah memiliki paham Radikalisme dan kemudian bisa memiliki potensi bergabung atau ikut dalam kelompok kelompok teror. Adakah satu identifikasi universal yang bisa kita pegang sebagai identifikasi.

Ali Imron :
Begini, untuk membedakan itu, kalau namanya terrorist itu bisa berpenampilan secara ganti ganti. Mungkin hari ini bisa berjenggot, besok jenggotnya dicukur. Atau mungkin hari ini pakaian ala muslim, besok pakai pakaian ala non-muslim atau ala barat, bisa saja. yang membedakan yang signifikan Adalah ketidaksukaan mereka terhadap penguasa atau pemerintah yang tidak memberlakukan syariat islam Secara menyeluruh.

Rosiana Silalahi :
Jadi ada paham universal seperti itu. Yang secara general secara umum.

Ali Imron :
Iya, secara umum Itu. Kemudian yang kedua yaitu Pemikiran. Pemikirannya pemahamannya adalah tentang jihad dalam arti perang. Itu yang tidak bisa di, itu yang tidak bisa disembunyikan dari ciri yang signifikan pada terrorist.

Rosiana Silalahi :
Pengalaman anda. dan anda tentu juga mengikuti apa yang terjadi belakangan ini itu. Sebenarnya berapa lama sih yang dibutuhkan oleh remaja atau usia usia muda lainnya untuk menerima paham ini dan kemudian tergerak untuk bergabung dalam kelompok teror.

Ali Imron :
Jadi tidak lama, tidak lama. Kalau seperti saya ini memahamkan orang itu cukup hanya 2 jam saja.

Rosiana Silalahi :
2 jam anda bisa mampu memprovokasi untuk bergabung dengan anda.

Ali Imron :
Memprovokasi sampai siap bunuh diri.

Rosiana Silalahi :
2 Jam

Ali Imron :
Iya.

Rosiana Silalahi :
Apa yang anda katakan

Ali Imron :
Yang saya katakan adalah JIHAD. Yaitu syariat JIHAD atau Perintah ALLAH. Dalam bentuk artian PERANG. Keutamaannya JIHAD. Kemudian hasil atau apa istilahnya Kesudahan dari JIHAD itu sendiri yaitu MATI SYAHID. Nah, tapi mohon maaf. Sampai sekarang ini saya belum pernah merekrut oranguntuk bunuh diri, belum pernah. Dan Insya ALLAH ngga akan. Jadi jangan kita artikan itu membujuk anak-anak dengan permen. Bukan. Tetapi tadi kita sampaikan, karena apa orang yang ikut dalam jaringan ini baik yang afiliasinya kepada Al-Qaedah ataupun ke ISIS itu mayoritas sudah punya basic. Basic apa itu, basic tentang JIHAD. Nah makanya kalau sampeyan ikutikan yang bunuh dirikan adakan dari Pesantren. Mayoritas pengikutnya dari Pesantren. Kan mereka punya Basic. Basic tentang apa, tentang masalah JIHAD. Ketika punya basic masalah JIHAD ini tinggal diarahkan. Itu. Basic secara JIHAD yang dari Al-quran sama Sunnah itu tinggal di poles di belokkan. Contohnya JIHAD itu sebetulnya di medan perang. Kita perang, ada musuh. Tetapi dibelokkan.

Rosiana Silalahi :
Ketika misalnya  ada terpidana terrorist yang sempat keluar tapi kemudian terlibat dalam kegiatan teror lainnya menurut anda apa yang salah padahal sudah pernah di penjara. 2 kali di penjara tapi itu pun tidak mampu membuat mereka jera terrorist ini. apakah anda mengatakan ada yang tidak optimal dengan deradikalisasi yang terjadi.

Ali Imron :
Banyak faktor kenapa orang yang sudah ditangkap masih belum sadar. Itu banyak faktor artinya diantaranya adalah faktor ketika didalam penjara ini masih berhubungan dengan kawan kawannya yang sepemikiran. Kalau berhubungan dengan saya yang sudah menyadari kesalahan dan tobat dari aksi teror. Itu Insya Allah akan ikut saya.

Rosiana Silalahi :
Anda cukup kwatir ngga bahwa ISIS bisa mendapat tempat di Indonesia.

Ali Imron :
Kalau kekhawatiran ada. Cuma kan begini. Kalau saya ngga begitu khawatir. Wong saya sudah jadi terrorist. ISIS baru muncul kok. Tapi yang saya Khawtir ini umat secara umum. Terpengaruhnya umat untuk memiliki pemikiran ISIS ini, menurut saya bahaya. Ketika di Irak dan Suriah. Mengumumkan memproklamirkan sebagai IS, atau KI atau Khilafah Islamiyah atau Islamic State. Seluruh umat islam harus berbaiat ke sana. Siapa dari umat Islam yang tidak maka, statusnya kalau sudah tahu berarti MURTAD. Keluar dari Islam berarti KAFIR. Ini membahayakan.

Rosiana Silalahi :
Membahayakan kalau ada tokoh yang juga mengatakan ISIS adalah sahabat kita.

Ali Imron :
Ya, Bahaya juga. Sahabat dalam artian apa. Karena pernyataan pernyataan yang seperti itu nanti akan apa membuat rancu di masyarakat. Menurut saya dengan masalah deradikalisasi masyarakat itu harus tahu. Secara fakta secara aktual dan lain sebagainya.

Rosiana Silalahi :
Misalnya kalau kita lihat di social media itu ada ceramah ceramah yang membakar, yang dengan mudah mengkafir-kafirkan orang.

Ali Imron :
Sangat potensi. Dan menurut saya harus ada hukum yang menjerat itu. Karena apa Seterorist apapun. Atau sekuat apapun mesti takut dengan hukum. Contohnya misalnya saya sekarang. Saya ceramah misalkan. Wahai orang-orang Kafir. Ayo kita XXX (Sensor). Ngga ada hukum. Saya enak saja. nah yang dengarkan pun senang. Karena ngga ada hukum. Ayo kita ikuti ceramahnya ustad ini begitu. Ini berbahayalah. JELAS.

Rosiana Silalahi :
Katakanlah kemudian pimpinan pimpinan Top dari JI sudah tidak ada begitu. Meskipun berbeda paham dan kemudian JI juga sudah mulai melemah. Apakah kita perlu merasa khawatir.

Ali Imron :
Ketika dengar pengeboman atau terjadi pengeboman yang dilakukan oleh kami, orang orang JI itu, masyarakat supaya tahu bahwa itu adalah oknum JI. Bukan program JI. Kami menurut saya dan menurut kami. Alumni afganistan dan Filipina itu kurang dari 400 orang. Itu yang hingga sekarang ini terlibat pengeboman baru 10 orang. Yang 390 orang semuanya tidak setuju dengan aksi aksi yang seperti itu.

Rosiana Silalahi :
Berapa banyak sih sesungguhnya. Sel sel yang bisa dibangun sebagai kelompok kelompok yang bisa membangun teror ini.

Ali Imron :
Indonesia ini paling tidak ada 2 Kiblat atau Afiliasi. Yang satu Afiliasinya ke Al-Qaedah. Yang kedua afiliasinya ke ISIS. Nah, karena dua afiliasi ini tentunya kalau pandangan saya sebagai yang pernah didalamnya. Tentunya banyak dan besar. Tetapi kalau dibandingkan dengan 170 juta umat Islam ya Kecil. Atau 250 juta umat Islam Rakyat Indonesia. itu kecil. Tetapi jangan sampai kita pernah meremehkan. Artinya bahwa seperti sekarang ini deradikallisasi yang kami lakukan. orang yang tidak tahu peta terorisme di Indonesia mesti akan mencibir apa yang dilakukan pemerintah. Ngga berhasil dalam deradikalisasi. Itu orang yang ngga tahu peta terorisme di Indonesia. kalau yang saya tahu, saya bersyukur karena apa terrorist di Indonesia banyak. Paham ya maksudnya, Terorist di Indonesia itu banyak. Tetapi kalau aksinya hanya seperti itu. Bukan saya meremehkan nyawa. Seperti di kampung melayu itu aksi apa, makanya harus tetap kita syukuri dan kita harus berkomitmen semuanya untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan.  

Rosiana Silalahi :
Karena semuanya itu dimulai dari Paham yang salah.

Ali Imron :
Iya. Itu. Makanya itu, kenapa saya ngotot seperti ini deradikalisasi karena apa saya sebagai orang islam yang menjunjung tinggi JIHAD. Menjunjung tinggi negara Islam. Saya dirugikan. Kenapa dirugikan, karena akhirnya umat ini. apalagi umat non-muslim. Umat islam saja fobia terhadap JIHAD. Benar ngga. Kemudian Fobia terhadap negara islam. Karena apa disuguhkan JIHAD itu seperti itu. Sehingga akhirnya orang Fobia. Padahal sebetulnya JIHAD itu tujuan untuk apa, untuk menjaga nyawa orang sebetulnya. JIHAD sendiri itu untuk menjaga nyawa agar tidak sia-sia. Dimatikan oleh sesuatu kekuasaan atau kezaliman. Jadi saya merasa dirugikan. Kenapa saya ngotot deradikalisasi sampai saya dicibir oleh kawan-kawan kamu deradikalisasi berarti kamu ini deJihadisasi. Saya bantah. Mau pakai nama apapun, saya ingin mencegah supaya generasi ini tidak salah dalam melakukan JIHAD.

Artikel Lainnya :

Youtube : Wawancara Mantan Terorist Bersama Rosiana Silalahi

Terima Kasih. Semoga Bermanfaat. GBU