Lompat ke konten Lompat ke footer

Perusahaan Drone VTOL Mata-Mata CybAero Bangkrut, Skeldar Bersinar (2018)

CybAero adalah Perusahaan manufaktur drone VTOL (vertical take of landing) (mendarat dan terbang secara vertical). Didirikan pada tahun 2003. Berkantor pusat di Swedia atau UE.  

Produk drone CybAero berwujud mirip seperti helikopter remote control kecil. Digunakan untuk 3 segmen pasar. Meliputi militer, komersial dan sipil. 

Di Uni Eropa, Penjualan CybAero merupakan salah satu industri drone yg terbesar. Walaupun hanya dihandle oleh 55 karyawan saja. Dagangannya laris terjual ke berbagai negara.

Namun sayangnya, persaingan sengit di ranah drone yg semakin ketat melawan negara-negara seperti China, Amerika Serikat, Rusia, Israel, United Kingdom, Iran, Turki, dan kawasan Uni Eropa lainnya. Memaksa CybAero menggulung tikarnya.

Keuangan Memburuk, CybAero Bangkrut

Produsen kendaraan udara tak berawak CybAero mengumumkan secara resmi pada tanggal 19 juni 2018. Perusahaan telah bangkrut.

Sebelum mengajukan kebangkrutan. Indikasi ini telah terlihat pada 3 bulan yang lalu. Tepatnya di bulan April 2018. Perusahaan tak membayar gaji karyawan.

Kemudian disusul dengan delisting dari bursa saham. (Nama perusahaan dikeluarkan/dihapus karena saham emiten berada di titik paling rendah di bursa Nasdaq First north).

Keuangan CybAero memburuk dengan utang yg menumpuk. Sebesar lebih dari $ 5,25 juta dolar (atau sekitar Rp 73 miliar rupiah).

Utang ini diberikan oleh investor modal ventura Subversive Capital asal Amerika Serikat dan Bracknor, asal Uni Emirat Arab dalam bentuk suntikan modal berupa perjanjiaan utang sebagai pembagian minta jatah saham.

Maksud hati, CybAero ingin menggunakan modal untuk memperluas pengembangan, produksi dan operasi ekspor.

Namun kenyataan tak seindah yg dibayangkan. Penjualan terus merosot, keuangan semakin memburuk dan persaingan penjualan drone diranah yg sama semakin sengit melawan perusahaan-perusahaan asing lain, termasuk dari perusahaan sejenis yg berasal dari UE (Uni Eropa).  

Foto : Produk CybAero
Saat itu, CybAero berencana melakukan ekspansi yg lebih luas untuk meningkatkan penjualan demi menyelamatkan keuangan perusahaan.

Target yg dibidik adalah ‘CHINA’. Pihak perusahaan CybAero mengklaim, China telah memesan 20 unit drone.

Namun, Tekanan ISP Inspektorat Produk Strategis Swedia melarangnya.

Alasannya China mampu mandiri mengembangkan drone, bahkan lebih baik, tapi mengapa China ingin membeli juga, ada indikasi China bertujuan membeli untuk membedah sistem pada Drone CybAero. Sehingga ada potensi penyalahgunaan pada teknologi pesawat tak berawak ini untuk mencari titik kelemahan.  

Foto : AVIC, Industri militer China
Pembeli dari China tersebut adalah AVIC. (Aviation Industry Corporation of China) Perusahaan raksasa militer milik pemerintah China.  

Magnusson, CEP CybAero mengatakan :

Kami terus menerapkan langkah langkah strategi berkualitas. Berjuang menyelidiki sejumlah kemungkinan opsi, sementara pendanaan telah mendekati pembatasan pada beberapa kesempatan. Kegiatan operasional terus berlanjut, dan beberapa peluang bisnis baru terbuka bagi kami. Saya berharap CybAero akan dibangun kembali di bawah kepemimpinan pemilik baru setelah kebangkrutan, Sahutnya.  

Saat artikel ini saya tulis bagi anda. Perusahaan CybAero telah bangkrut.

Foto : Produk CybAero
Subversive Capital dan Bracknor merupakan pihak yang diuntungkan dari kehancuran CybAero karena berhasil datang disaat yang tepat ketika melakukan investasi cerdas dengan memiliki saham saat harga sangat murah dan saat ini sedang menanti perusahaan lain yg lebih besar membeli perusahaan CybAero. 

Foto : Investor
Ada kemungkinan CybAero dibeli oleh perusahaan senjata Amerika Serikat atau perusahaan Uni Eropa lainnya. 

Artikel Lainnya :

Skeldar Bersinar
Selain CybAero. Di Uni Eropa terdapat pula produsen kendaraan tak berawak berbasis VTOL dengan sistem yg hampir mirip dengan CybAero. Yaitu dari perusahaan UMS SKELDAR.




UMS Skeldar adalah anak perusahaan raksasa dari SAAB DEFENCE and SECURITY. Berkantor pusat di Swedia (Uni Eropa).

Skeldar V-200 dan Skeldar R-350, pesawat intai tanpa awak asal Swedia ini juga telah menjadi pilihan kebanggaan TNI.

Indonesia mengganti namanya dengan sebutan ‘Rajawali’.

Oh ya, Skeldar mampu terbang sejauh 200 km, terbang tinggi hingga 3 km, mampu membawa payload 50 kilogram, durasi terbang 5 jam, kecepatannya 130 km/jam dan pilot tentu saja tanpa awak.


Terima Kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU