Lompat ke konten Lompat ke footer

Mengapa pemerintah Israel pindah ke data center cloud computing publik milik perusahaan Amazon AWS dan Google Cloud GCP ( 2022 )

Mayoritas semua orang sudah terkekang dan tak dapat lepas dari jaringan teknologi cloud. 

Sadar tak sadar semua orang telah beraktivitas dan berbisnis di pusat data center cloud. 

Salah satu super app terkenal di Indonesia. 

Kita sebut saja seperti Tokopedia dan Gojek

Tahukan anda bahwa Tokopedia 100% menggunakan teknologi cloud buatan dari Google. 

Tahukah anda bahwa Gojek. 100% menggunakan teknologi cloud buatan dari Google. 

Jika Alphabet (Induk dari Google) mau mematikan Tokopedia & Gojek dengan 1 sentuhan jari. 

Itu mudah mereka lakukan. Tinggal pencet tombol saja dari markas pusat di Amerika Serikat. Maka situs Tokopedia & Gojek dengan mudah dipadamkan, tumbang dan semua data yang pernah dibuat dapat dihapus dengan gampang jika sang bos Larry Page menginginkannya.

Ya, tentu saja. Tokopedia & Gojek punya antisipasi backup-nya. Lalu pindah ke server lain. he he..., Tapi jika menyangkut masalah harga dan jasa. Tentu saja tak semudah membalikkan telapak tangan.  

Pada tahun 2022. 

Ada 6 perusahaan raksasa dunia di bidang teknologi data center cloud. 

Yaitu Amazon AWS dengan menguasai pangsa pasar sekitar 32%, Microsoft menguasai 20%, Alphabet Google GCP menguasai 9%, Alibaba menguasai 6%, IBM menguasai 5%, Salesforce menguasai 3% dan sisanya perusahaan teknologi lain yang tersebar di seluruh dunia.

Mayoritas perusahaan teknologi sebut saja seperti Paypal, Ebay, Netflix, Spotify, CNN, Coinbase dan lain lain hidup tergantung terhadap kehandalan jaringan data center yang dipasok oleh 4 perusahaan terkemuka di atas. 

Mengapa kementerian pertahanan Israel pindah ke data center cloud computing publik. 

Sejak tahun 2006. Ini telah menjadi perdebatan di meja rapat secara internal untuk kalangan pemerintah Israel tentang arti penting penggunaan data center.

Israel walaupun sebuah negara kecil. Tetapi merupakan salah satu pemain handal untuk peringkat perusahaan data center menduduki posisi #11 di dunia dengan memiliki sebanyak 2.587 pangkalan server komputer yang menguasai sebanyak 1,8% penguasaan secara global. 

Tetapi angka sebanyak itu sekalipun semua server di Israel di gabung. Tak cukup kuat untuk mampu mengalahkan perusahaan cloud publik melawan Amazon dan Google (Alphabet).  

1 dekade yang lalu. Pemerintah Israel pernah memiliki inisiatif untuk mendirikan data center lokal milik sendiri (private cloud) sebagai upaya konservatif dalam hal menjaga data dan keamanan negara dari semua jenis lembaga kepemerintahan miliknya. 

Jadi ketika proyek Nimbus diresmikan. Maka sirna semua impian itu.

Beberapa pejabat Israel akhirnya geleng geleng seakan akan tak percaya. Beberapa pejabat yang lain merasa terkejut seperti terkena serangan jantung.

Bagaimana mungkin data data sensitif dan penting seperti informasi militer, status, rahasia blueprint code berbagai macam persenjataan, akses komunikasi tentara IDF dan banyak lagi diserahkan ke perusahaan swasta yang berada di Amerika Serikat.

Dijuluki sebagai project Nimbus. 

Pemerintah Zionis melalui kementerian pertahanan Israel telah memilih perusahaan asal Amerika Serikat yaitu Amazon dan Alphabet (Induk Google) sebagai rekan kerjasama dalam kontrak infrastruktur cloud computing.

Pembeliaan jasa layanan cloud awal di tahun 2021 berada di angka sekitar $ 1,4 miliar dolar atau sekitar Rp 20 triliun rupiah ( setara Rp 20.000 miliaran rupiah ).

Di tahun mendatang. Tagihan baru dapat berjumlah lebih besar harus dibayarkan oleh pemerintah Israel kepada pihak Google & Amazon. 

Semua data dari save server komputer lokal lama perlahan lahan dipindahkan seluruhnya ke Amazon dan Google sebagai upaya transformasi digital tanpa menggunakan kertas lagi. Termasuk data SIM, KTP, BPKB dan semua data, aplikasi dan situs web yang berhubungan dengan militer dan kepolisian Israel.

Awalnya para pejabat di kementerian Israel merasa sedih atas transformasi perpindahan data militer dari yang awalnya bersifat server lokal rahasia menuju ke perusahaan swasta.

Ada 2 penyebab mengapa hal ini harus dilakukan. 

1]. Big data milik pemerintah Israel dari hari ke hari terus bertambah besar sehingga server lokal mandiri tak mampu menampungnya lagi. Jika pun terus dipaksakan maka menyebabkan pembengkakan biaya untuk urusan maintainance sehingga tak efektif.  

2]. Jadi ini semua tentang menyangkut masalah 'biaya' yaitu demi menghemat banyak APBN Israel. 

Teknik mengatasi kerawanan server dari pihak lain : 

Server publik rentan terhadap gangguan dari orang orang di dalam perusahaan swasta tersebut. Mereka dapat saja melakukan sabotase dari dalam jika mereka menginginkan.

Untuk mengatasi hal ini. Menteri pertahanan Israel memiliki teknologi tepat untuk mengindari dampak yang tak diinginkan. 

Pemilihan provider tentu saja melalui berbagai tahapan panjang dengan seleksi ketat. Tak boleh sembarangan perusahaan swasta yang dipilih. Untuk hal ini Pemerintah Israel memilih Amazon dan Alphabet. Ketimbang memilih perusahaan lainnya. 

Langkah ke 2 yaitu dengan menerapkan 'tombol kunci merah'. Artinya sebuah teknologi yang mampu menutup, mengganggu, mengisolasi dan mengenskripsi data dari jarak jauh. 

Sehingga paparan orang orang dalam di Amazon & Google tak mampu membuka akses data milik pemerintah Israel. 

Hak kunci merah itu hanya dapat dibuka atas perintah persetujuaan kementerian pertahanan Israel saja dan berlokasi di Israel. 

Langkah ke 3 adalah perusahaan Amazon dan Alphabet wajib mendirikan cabang data center di Israel untuk menampung beberapa persen dari data.

Berdasarkan perjanjian untuk 10 tahun kedepan. 

Amazon wajib mendirikan 3 infrastruktur data center di Israel

Google wajib mendirikan 4 infrastruktur data center di Israel. 

Masing masing infrastruktur komputasi komputer memiliki luas kurang lebih 4 hektar dengan mengkomsumsi listrik sebesar 16 megawatt. Di masa depan seiring berjalannya waktu. kapasitas infrastruktur komputasi dapat diperbesar.  

Terima kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU.