Saya kembali menulis tentang diary urban farming, family cooking, bisnis online, travel dan investasi cryptocurrency hasil bulan Juni 2022.
Tulisan ini saya tulis sebagai pedoman bagi saya untuk mencari kelemahan dan kelebihan setiap strategi untuk menjadi lebih baik lagi.
Siapa tahu bermanfaat bagi pembaca ya.
Menjual ternak babi seharga Rp 6.000.000 juta rupiah
Pada bulan Mei 2022. Saya sudah menjual ternak babi.
Kali ini harga tawar menawar dagingnya cukup lumayan di bandingkan tahun yang lalu.
Kalau tahun lalu, harga daging babi di tingkat peternak di kisaran Rp 32.000 per 1 kg.
Sehingga membuat saya ketika itu menjadi rugi, karena harga anjlok banget.
Sekarang, harganya udah bagus. Tapi ngga tahu juga untuk bulan ke depannya.
Babi aku sudah di jual dengan harga Rp 6.000.000 juta rupiah.
Senang banget para pengepulnya lihat babi aku. Karena tak seperti yang lalu.
Tubuh babi aku kali ini tak terlalu berlemak karena umurnya cuma sekitar 6 bulan saja sudah langsung dijual, jadi mereka suka membelinya, langsung bergegas mengambilnya. Kalau tahun lalu itu berlemak banget, karena usia pemeliharaan babi lebih dari 1 tahun sehingga membuat para pengepul menjadi kecewa berat.
Oh ya, lalu malam harinya setelah selesai menjual babi.
Aku, mamah dan papah.
Kami berangkat makan di tempat biasa di restoran family Palangkaraya.
Terima kasih Tuhan Yesus Kristus ;-)
Berhenti dari aktivitas mengambil sisa sisa sampah sayur dan sisa restoran rocket chicken.
Ketika menjual babi.
Aku juga memutuskan untuk berhenti dari aktivitas mengambil sisa sampah sayur dan sisa sisa dari restoran rocket chicken. Karena babinya kan sudah di jual, jadi ngga ada hewan yang makannya.
Kira kira hampir 2 tahun ini saya mengambil sampah dari mereka. Terima kasih buat mereka yang senang hati menyediakannya..
Setiap jam 8 malam setiap hari.
Aku berangkat ke kota Palangkaraya untuk ambil sampah yang sudah mereka siapkan.
Biasanya, pulang tiba ke rumah jam 9 malam. Karena perjalanannya agak jauh juga ya dari tempat aku ke kota Palangkaraya. Hampir 1 jam setiap hari.
Agak sedih juga mereka ya, ketika aku bilang berhenti mengambil sampah.
Artinya ngga ada lagi orang yang mengambil sampah dari mereka.
Aku bahkan sampai terbawa mimpi.
Ibu dan bapak pemilik warung sayur disana sampai menangis bercucuran air mata. Meminta agar aku terus lanjut mengambil sampah dari mereka.
hu hu...,
sedih banget ya.
Musim hujan telah tiba, banjir banyak ikan di samping rumah.
Foto : Hasil tangkapan ikan. ( dokumen pribadi ) |
Foto : Hasil tangkapan ikan. ( dokumen pribadi ) |
Foto : bisa masuk ngga bisa keluar |
Bulan Mei 2022.
Mamah beli alat penangkap ikan.
Jadi aku pasang di samping aliran rumah di dekat tembok.
Lumayan juga sih banyak dapat ikan.
Ada ikan sapat, gabus, papuyu, kapar dan banyak lagi.
Ikan ini lalu aku buang perutnya saja, Sedangkan sirip, sisik dan kepala tak aku buang.
Ikan ini mengandung banyak kandungan gizi.
Tulang dan kepalanya mengandung kalsium, sisik siripnya mengandung kolagen, lalu dagingnya mengandung protein.
Biasanya, kalau lagi hujan. Banyak dapat ikannya..
Setiap hujan, ikan selalu strike masuk perangkap..
Tapi kalau musim kemarau = 0 ikan.
Menangkap induk ayam
Akhirnya 4 induk ayam yang berkeliaran ke rumah tetangga sudah di tangkap.
Rencana ke depannya sih ya agar mereka bertelur lagi di dalam kandang yang sudah aku siapkan.
Tapi aku belum tahu juga, karena ayam ini udah berumur 1 tahunan lebih.
Apakah masih bisa layak bertelur atau sudah berhenti sehingga layak di potong saja.
Tetapi masih ada 1 ayam jago warna merah yang belum berhasil aku tangkap diluar sana.
Oh ya, menangkap ayam itu sulit sekali.
Itu tak mudah.
Butuh usaha luar biasa menangkap ayam.
Jadi bagaimana donk, masih ada 1 ayam jago belum ke tangkap.
Aku pikir, udah ah pasrah aja.
Membeli pakan ternak ayam BR, dedak, viterna dan EM4.
Kira kira saya sudah memiliki sekitar 40 ekor anak ayam.
Ada 1 karung BR, 1 karung dedak dan suplement multivitamin lainnya seperti viterna dan EM4.
Viterna dan EM4 saya campur ke minuman ayam.
Tujuannya agar gizi atau nutrisi mereka bertambah dan agar kandang ngga bau oleh kotoran tahi ayamnya. .
Beternak ayam kampung sudah saya lakukan sejak SD.
Aku ingat pertama kali punya ayam.
Saat mamah pulang dari kantor membawa anak ayam dari pak le.
Wah, betapa bahagianya aku kala itu
Aku berlari cepat memegang anak ayam, bermain dengan ayam. Lalu aku kasih makannya.
Aku kasih makan ayamnya dan mereka bertumbuh besar.
Tapi waktu itu, ruangan rumah kami kurang cocok untuk berternak ayam sehingga terbatas.
Dulu, cuma sekedar beli anak ayam (doc), membesarkannya, lalu di potong sendiri. Sulit untuk dikembangbiakkan karena tak ada tempat luas untuk membudidayakannya.
Hem...,
Ada sesuatu yang berbeda di bandingkan masa itu.
Dulu, beberapa dekade yang lalu, untuk aku dapat memelihara anak ayam hingga besar membutuhkan 1 tahun ( 12 bulan ).
Di tahun 2014, kondisi berubah total, ketika aku mengetahui ada bibit unggul ayam kampung super ( joper ). Di mana anak ayam unggul ini sudah bisa cepat besar ( dipanen ) umur 6 bulan saja. ( bukan 12 bulan ).
Tahun 2022. Aku cari informasi di Youtube.
Ada bibit unggul baru lagi. Namanya ayam KUB.
( Ini ayam kampung paling unggul hasil seleksi genetik milik badan penelitian Indonesia ).
Diklaim : umur 3 bulan sudah panen.
Kesana kemari, nanya ke toko hewan ternak. Nampaknya belum ada yang jual ayam KUB. Keberadaan ayam KUB masih sebatas di pulau Jawa. Belum menyebar ke Kalimantan Tengah.
Ketika aku pindah ke rumah baru. Untuk pertama kalinya ayam aku bisa berkembangbiak, bertelur dan menetas menghasilkan anak ayam yang lucu lucu. Hal ini terjadi karena di belakang rumah, lahannya luas. Tak seperti rumah yang dulu, sempit banget untuk budidaya ayam.
Rencana kedepannya agar sebanyak 40 ekor ayam dapat di jadikan bisnis utama.
Tapi bagaimana konsep kedepannya aku belum tahu.
Karena berternak ayam dan berbisnis ayam itu dua kata yang berbeda.
Beternak ayam sudah aku geluti sejak SD bahkan hingga saat ini.
Tapi berbisnis ayam belum pernah.
Jika menghitung tarif hitung hitungan. Kalau menggunakan konsep berternak ayam saja, sudah pasti menguntungkan. Ayam dipelihara, dikasih makan agar besar lalu dipotong sendiri. Hasilnya adalah 'untung besar'.
Kalau ini dijadikan bisnis agak menantang.
Karena kalau 1 ekor ayam di jual ke pengepul. Harganya jatuh ke Rp 35.000 ribu rupiah.
Artinya malah terjadi kerugian.
Oleh sebab itu, berbisnis ayam memang menantang dan tak mudah.
Tetapi sebaliknya, jika ayam kita pelihara sendiri, lalu di potong sendiri. Itu artinya sama seperti 1 ekor ayam per 1 kg di hargai Rp 65.000 ribu. Untung banyak, jika hanya sekedar berternak. Tetapi segi kekurangannya pasokan dalam membeli makanan BR, dedak, EM4, dan Viterna harus berasal dari sumber pendapatan lain.
Butuh waktu untuk memikirkan strategi dan teknik menyelaraskan hal ini.
Misalkan memiliki 50 ekor ayam dengan berat masing masing 1 kg.
Maka secara bisnis ekonomi :
Jika 50 ekor ayam di jual ke pengepul hasilnya = 1.750.000 juta rupiah
Jika 50 ekor ayam di potong sendiri hasilnya = 3.250.000 juta rupiah.
Modal pengeluaran membutuhkan antara Rp 700.000 - Rp 800.000 per bulan.
Ayam di panen umur antara 6 bulan - 7 bulan. Tak boleh lebih dari itu, karena para pengepul menolaknya. Kecuali untuk induk ayam.
Jumlah perkembangbiakan anak ayam setiap 1 bulan = antara 8, 14 dan 20 ekor ayam.
Jadi, berdasarkan hitungan matematika. Cukup menantang bukan.
Oleh sebab itu, ada beberapa solusi yang dapat saya ambil.
1]. Mencari aliran bisnis pendapatan lain diluar ternak ayam untuk menutupi modal pengeluaran tanpa harus mengganggu pekerjaan ternak ayam. ( sedang dipertimbangkan ).
2]. Membooster jumlah kelipatan anak ayam DOC.
3]. Mengganti bibit ayam joper dengan bibit ayam unggul KUB. ( Ini artinya memangkas kecepatan ternak ayam kampung dari tadinya 7 bulan menjadi 3 bulan sudah bisa panen ).
4]. Pola pakan makanan dengan tetap mempertimbangkan 50% BR dan 50% dedak.
5]. Membuat kandang baru lagi untuk indukan ayam bertelur lebih banyak.
6]. Meningkatkan jumlah kuota peliharaan ayam untuk memenuhi penyeimbangan bisnis.
Pembangunan tembok kandang ayam dan pemasangan pintu telah selesai
Pada akhirnya selesai juga.
Membutuh waktu 1 tahun untuk membangun pemasangan tembok ini dan agar semua terelisasikan. Walaupun masih belum di semen untuk memperkuat struktur pondasinya. .
Pintu juga sudah di pasang.
Aku pikir ketika itu, ayam kampung ngga bisa terbang melewati batas tembok.
Nampaknya ayam dewasa dengan gampangnya lompat kesana kemari.
Ah, pikirku dalam hati.
Gimana ini ya....?
Jadi terasa percuma dong membangun keliling tembok kalau ayam bisa melewatinya. Lalu hilang ke rumah tetangga. Maksud hati padahal pengen ayam bebas diluar sambil menghirup udara segar.
Kalau tembok tambah tinggi lagi, berarti butuh biaya tukang, bahan semen, batako, kayu, pasir, paku dan batu lagi.
Untuk saat ini, solusi yang dapat aku ambil cuma melepaskan anak ayam saja diluar karena mereka belum dapat lompat tinggi, sedangkan untuk induk ayam di kurung ke dalam kandang. Karena kalau ngga kayak gitu, besoknya mereka hilang lompat kesana kemari ke rumah tetangga.
Jadi, setiap anak ayam udah terlihat pandai melompat lompat.
Cepat cepat aku kurung ke kandang.
Jadi yang berada di luar, cuma anak ayam dan ayam remaja saja.
Lalu bagaimana dong induk ayam bisa bertelur jika mereka berada di kandang....?
Itu pun masih aku pikirkan untuk kedepannya....?
Menimbun tanah agar tembok tak longsor oleh banjir
Bersama papah, aku ( kami berdua ) gali gali tanah menggunakan cangkul.
Lalu di taruh di samping tembok agar ngga roboh.
Kebetulan, karena di tempat ini merupakan kawasan gambut.
Jadi tanahnya mudah menghisap ke dalam. Oleh sebab itu mesti di tumbuk dengan pasir.
Menanam pare
Nah, karena pemasangan tembok sudah di pasang. Jadi aku mulai bercocok tanam.
Di kota Palangkaraya.
Untuk membeli 1 kg buah pare berkisar di harga Rp 10.000 ribu rupiah.
Aku pilih tanam pare karena rasa buah ini enak banget.
Papah juga suka makannya.
Kemaren di makan papah 1 buahnya.
1 tanaman ini biasanya, kalau aku tanam bisa berbuah sampai 2 buah sebelum akhirnya dia mati. Oh ya, daunnya juga bisa di sayur tapi rasanya pahit.
Terima kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU.