Lompat ke konten Lompat ke footer

Mengapa toko, pasar, restoran, cafe dan supermarket dengan lantai lebih dari 1 banyak yang sepi dan berakhir bangkrut ( 2022 )

Toko, pasar, restoran, cafe dan supermarket merupakan tempat orang orang berkumpul untuk mencari berbagai macam keperluaan hidup dan sebagai pelepas hiburan sehari hari. 

Jenis toko ada banyak ragamnya. Mulai dari toko lampu hias, toko meubel, toko kelontong, toko pakaian, dan masih banyak lagi. Begitu pula dengan restoran dan cafe ada pula banyak macamnya. 

Entah apakah ini benar atau salah. Namun selama ini saya mencoba memperhatikan dalam studi kasus di kota Palangkaraya saja. 

Kenapa ada banyak toko, pasar, restoran, cafe dan supermarket yang memiliki lantai lebih dari 1 ( bisa 2, 3 atau 4 ). Malah kebanyakan dari mereka bangkrut atau gulung tikar. 

Malahan toko, pasar, restoran, cafe dan supermarket yang hanya memantapkan jiwa cukup 1 lantai makin membludak ketimbang harus memiliki 2, 3 atau 4 lantai. 

Sebagai perbandingan, toko swalayan sendy di kota Palangkaraya awalnya memiliki 2 lantai.

Sekitar 5 tahun yang lalu, pemilik bisnis toko sendy telah merehap total bangunan mereka dari yang tadi 2 lantai menjadi 1 lantai saja. 

Hal yang sama terjadi pada beberapa supermarket yang lain, nampaknya mereka memutuskan untuk tetap 1 lantai, alih alih 2 lantai. 

Memang benar, masih ada banyak supermarket, toko dan pasar yang memiliki lantai lebih dari 2, 3 hingga 4 tingkatan lantai. 

Tapi jika diperhatikan, kebanyakan dari mereka sepi pengunjung.  

Jika seseorang berjalan mulai dari lantai 2, nampak terlihat sepi. 

Jika seseorang berjalan hingga ke lantai 3 atau 4 nampak terlihat angker, karena hanya terlihat beberapa orang orang saja yang sedang berbelanja. 

Apa penyebab toko, pasar, restoran, cafe dan supermarket yang memiliki lantai lebih dari 1 banyak yang sepi dan bangkrut. 

Belum ada penelitian data komprehensif untuk meneliti kasus ini. 

Persaingan sengit di ranah toko online dapat menjadi acuan indikator penyebab utama, tetapi bukan itu saja, toh orang orang tetap berbelanja secara offline. Karena sesungguhnya toko online tak dapat mematikan aktivitas offline lokal secara fisik. Karena online offline seharusnya bersinergi bersama sama. 

Psikologi emosi manusia dapat menjadi penyebab juga ya. 

Terutama bagi orang orang yang merasa bahwa semakin tinggi orang naik ke lantai supermarket untuk berbelanja maka muncul perasaan tak nyaman pada tubuhnya.

Contoh ini berlaku pada orang orang usia 40 tahun keatas, dimana mayoritas persendiaan tubuh manusia di usia ini merasakan kesakitan, kesemutan, mengalami 3L dan kelelahan jika harus naik tangga udah ngerasa ngos ngosan seperti mau mati. Padahal baru naik lantai ke 2, belum ke lantai 3.

Developer bangunan toko, supermarket, cafe, pasar dan restoran. Semestinya memperhatikan faktor tata letak ini. 

Mayoritas rata rata orang orang usia 40 tahun keatas punya banyak uang dari hasil tabungan deposito. Merekalah pihak konsumen yang tak boleh diabaikan. Jika terluput maka usaha dapat bangkrut atau profit berkurang karena hanya masalah sepele yaitu lantai. 

Faktor psikologi lain yaitu muncul perasaan tak nyaman dari sisi keangkeran jika melihat keadaan sekeliling menjadi sepi. 

Karena manusia merupakan makhluk sosial yang senang berinteraksi atau suka berdekatan dengan banyak orang karena merasa aman. 

Rata rata toko, supermarket, cafe, pasar dan restoran yang memiliki lantai lebih dari 2, 3, 4 udah terlihat sepi, karena orang orang usia 40 tahun keatas menghindar naik ke lantai atas. Bahkan anak muda umur 20 tahun pun jika naik ke lantai atas, walaupun mereka memiliki kekuatan stamina yang kuat ( misal lantai 3 ). Tetapi pada akhirnya jika anak muda melihat lantai 2, 3, atau 4 terlalu sepi, maka dikemudian hari, orang orang energik ini bakal menghindar ke tempat yang sama karena ngerasa angker atau tak aman bagi dirinya akibat dampak dari tingkatan lantai terasa sepi atau sunyi.

Tentu saja, dampak ini membuat pengusaha mengalami kebangkrutan, jika satu per satu orang tua dan anak muda tak mau lagi berkunjung untuk berbelanja hanya karena faktor lantai saja. 

Beberapa pengusaha, mencari solusi dengan cara menghadirkan teknologi tangga eskalator dan lift untuk membantu memudahkan orang orang lansia naik turun lantai. 

Alih alih disebut solusi. Ini malah menjadi bumerang bagi pengusaha tersebut karena harus menanggung biaya operasional yang mahal. 

Tangga ekslator dan lift bukan solusi. Itu adalah beban dari segi biaya.

Tangga ekslator dan lift, secara bisnis tak cocok untuk toko, pasar, restoran, cafe dan supermarket. Karena itu harus menahan beban besar dari pergerakan orang orang banyak setiap menitnya.  

Lift hanya cocok untuk penggunaan kantor, hotel dan apartemen. 

Secara bisnis, teknologi lift memang tak cocok untuk toko, pasar, restoran, cafe dan supermarket atau harus mau tak mau pengusaha menanggung resiko operasionalnya yang besar malahan dapat mengerus hasil profit yang kemudian berujung pada kebangkrutan.

Jadi solusi paling cocok yaitu mengubah desain bangunan supermarket, toko, pasar, cafe dan restoran. Cukup menggunakan 1 lantai saja, tetapi meluas besar dan memiliki parkir kendaraan yang luas. Akibatnya toko anda dapat terlihat ramai pengunjung, orang orang jadi senang berkumpul bersama sama karena merasa aman dan orang orang lansia tak perlu harus mengalami kelelahan naik tangga.

Kesimpulannya yaitu bahwa ambisi pengusaha untuk memiliki atau mengejar bangunan bertingkat 2, 3, 4 lantai dst untuk bisnis perdagangan dan mamin (makanan minuman) nampaknya memiliki masalah fatal dari segi keuntungan profit yang tergerus. 

Toko, restoran, cafe, pasar dan supermarket boleh saja memiliki 2 lantai, tetapi hanya sebagai tempat tinggal karyawan. Bukan sebagai tempat pajangan etalase produk.  

Fenomena perubahan desain dalam penggunaan 1 lantai untuk toko, restoran, cafe, pasar dan supermarket tak hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan seluruh dunia.  

Untuk hotel dan apartemen. Tak boleh dari 5 lantai. 

Foto : Rumah susun, sekolah, kantor, universitas, kos kosan atau barak yang sesuai dan ideal untuk ditinggali selayaknya hanya 3 lantai saja, tak lebih dari itu. 

Untuk sekolah, kantor dan universitas. Boleh memiliki 3 lantai. Karena rata rata usia masih muda dan produktif. 

Untuk rumah susun, barak, kos kosan. Boleh memiliki maksimal 2 - 3 lantai. Hindari atau berhentilah membangun tinggi lantai hingga lebih dari 3. 

Untuk rumah sakit, maksimal 3 lantai dan diwajibkan memiliki lift. 

Untuk puskesmas cukup 1 lantai. 

Sedangkan untuk pabrik manufaktur, pelabuhan, bandara pesawat, terminal bus, idealnya hanya boleh 1 lantai tetapi ukurannya meluas melebar, sama seperti toko, pasar, restoran, cafe dan supermarket. 

Terima kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU.