Lompat ke konten Lompat ke footer

Alasan pesawat pembom B21 Raider Amerika Serikat dipastikan gagal dan mengapa US AIR Force di tahun 2040 kelak hanya mengandalkan pesawat tempur F-35 Lightining dan drone Reaper saja tanpa mampu lagi memproduksi B21 atau menghentikan ambisi memiliki pesawat bomber ( 2022 )

Di penghujung akhir tahun 2022. Perusahaan teknologi militer swasta asal Amerika Serikat, Northrop grumman memperkenalkan pesawat pembom generasi ke enam yang disebut dengan B21 Raider.

B21 Raider dimaksudkan untuk menggantikan tiga jenis pembom tua yang masih digunakan oleh angkatan bersenjata Amerika Serikat saat ini. Yaitu pesawat pembom Lancer, pesawat pembom Spirit dan pesawat pembom Stratofortress. 

Gagasan rencana pembangunan, pengembangan dan penciptaan awal B21 Raider telah dimulai pertama kali sejak tahun 2011. Sehingga membutuhkan waktu sekitar 11 tahun untuk penelitian R&D. Tentu saja itu ditambah dari hasil warisan ilmu pengetahuan teknologi pesawat pembom siluman spirit pendahulunya yang digagas sejak tahun 1975. Pada akhirnya B21 Raider merupakan karya sains dari pengalaman Northrop grumman selama hampir 47 tahun. 

Perusahaan Northrop grumman mempresentasikan bahwa pesawat B21 Raider merupakan generasi bomber ke 6 yang lebih canggih dari produk sebelumnya, sulit dideteksi radar, jaringan dan elektroniknya benar benar baru, daya jelajah yang diperpanjang tetapi memiliki body yang lebih kecil, ditambah dengan kemampuan bertindak tanpa awak. 

Itulah yang menyebabkan mengapa Northrop grumman berhasil dan sukses mengalahkan tender yang diadakan oleh pemerintah AS dari pesaing perusahaan Lockheed Martin yang terhenti cukup sampai di F-117 Nighthawk.

Informasi rencana awalnya. Pemerintah Amerika Serikat berniat membeli sebanyak 100 unit B21 Raider dengan harga masing masing sekitar Rp 11,5 triliun rupiah ( setara Rp 11.500 miliar rupiah perunit ). 

Tetapi apakah Raider dapat menjadi pesawat pembom sukses atau hanya sekedar mengherem saja di kandang.

Melalui catatan penelusuran sejarah. Dapat dipastikan B21 Raider bernasib naas dan gagal. 

Penyebab utamanya adalah sistem pertahanan udara canggih milik Rusia dan China dapat membuat program B21 menjadi gagal.

Ini terjadi karena perkembangan teknologi diranah kamera elektro optik (EO) mulai dari jangkauan penglihatan yang ditingkatkan hingga adanya sensor yang terintegrasi dengan kecerdasan buatan (AI). Menghasilkan penjernihan panorama lebih jelas dari sebelumnya.  Sehingga membuat fitur siluman Raider secanggih apapun mengelak dari radar. Kini menjadi tak berdaya di era teknologi EO yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kamera EO dapat pula menuntut arah target penembakan sistem rudal pertahanan sekalipun radar mengalami kebutaan atau kesulitan dalam mendeteksi dan melacak Raider. Tetapi itu sama sekali tak berarti teruntuk sistem E/O yang dimana kemampuannya begitu mudah menemukan keberadaan pesawat siluman di angkasa. Walaupun E/O tetap memiliki keterbatasan, terutama pada jarak pandang terbatas maksimal antara rentangan 70 km - 100 km. 

Musuh Amerika Serikat, negeri partai komunis China merupakan salah satu pemimpin teknologi digital EO berbasis AI di dunia. Tentu saja, ini menjadi sumber kecemasan, ketakutan dan kekwatiran yang harus dipikirkan dengan matang oleh pemerintah AS.

Penyebab kegagalan B21 Raider berikutnya adalah menyangkut masalah anggaran APBN di kongres Amerika Serikat selaku pembeli utama pesawat pembom ini dari perusahaan Norhtop Grumman. 

Pada beberapa dekade yang lalu. Sejarah mencatat pada program F-22 Raptor mengalami banyak hambatan. Terutama karena biaya mahal. 

Pesawat siluman F-22 beroperasi terbang pertama kali pada tahun 1997. Pemerintah AS ketika itu berencana membeli total sebanyak 750 unit F-22. Namun dipotong menjadi 187 dengan alasan biaya terlalu mahal. 

Selanjutnya, program pesawat siluman F-35 juga mengalami masalah hambatan yang sama dengan F-22. Yaitu anggaran APBN Amerika Serikat tak sanggup membeli F-35 sesuai rencana awal yang diharapkan 3.000 unit dipotong menjadi 1.050 unit. 

Berkaca dari sejarah ini saja. Seharusnya B21 Raider juga mengalami hambatan yang sama. 

B21 udah di bikin mahal mahal, perawatan sulit memakan banyak biaya, biaya operasi terbang yang menguras banyak energi dan mudah terdeteksi oleh EO pula. 

Itu tentu saja hanya membuat Amerika Serikat menghabiskan anggaran biaya pajak dengan sia sia.  

Lalu apa solusi untuk mengatasi hal ini...? 


Membangun pesawat pembom Raider bukan pilihan tepat bagi Amerika Serikat, mengingat musuh musuh AS yang berkualitas tinggi seperti Rusia dan China. Memiliki armada sistem pertahanan udara yang kuat. 

Raider bukanlah solusi, namun justru dapat menjadi masalah karena membebankan anggaran biaya.

Tak etis rasanya, jika pesawat pembom senilai $ 700 juta dolar atau sekitar Rp 11,5 triliun dapat ditembak oleh rudal musuh seharga Rp 15 miliar saja. Berapa banyak uang pajak AS terbakar di udara dengan sia sia. 


Masuk akal apabila F-35 Lightining dan pesawat drone Reaper tetap menjadi tulang punggung angkatan udara Amerika Serikat. Ketimbang pemerintahan AS harus membeli 100 unit Raider.

Dalam peranan pertempuran modern. F-35 Lightining dapat pula bertindak untuk melakukan serangan nuklir dan melancarkan pemboman ala pesawat pembom dengan melibatkan gerombolan F-35 terbang dalam jumlah besar secara bersamaan. 

Praktisnya, peranan apa yang dapat dilakukan oleh B21 Raider, sejatinya juga dapat dilakukan oleh F-35 Lightining. 

F-35 Lightining dapat didesain untuk melawan musuh berkualitas tinggi.

Sedangkan pesawat tanpa awak drone Reaper dapat didesain untuk melawan musuh dalam misi skala rendah dan menengah. 

F-35 Lightining adalah pesawat tempur siluman bermesin jet tunggal yang mampu mendarat vertikal dimana saja kapan saja dan dimaksudkan untuk mengganti F-15, F-16, F-18 dan F-22. 

Pada tahun 2019. Jumlah produksi F-35 telah melampaui F-22.

Pada tahun 2020. Jumlah produksi F-35 telah melampaui F-15.

Pada tahun 2022. Total pemerintah Amerika Serikat memiliki sebanyak 283 unit F-35 Lightining dan sebanyak lebih dari 251 unit drone reaper bersenjatakan rudal hellfire. 

Masih membutuhkan waktu bertahun tahun lagi bagi Amerika Serikat untuk memenuhi batas kuota produksi F-35 Lightining dan drone MQ-9 Reaper yang direncanakan. 


Terima kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU.