Walau sedang perang, pemerintah Israel setuju anggarkan alokasi 5% atau Rp 155 triliun rupiah dari APBN untuk gaji anak sekolah Yahudi Yeshiva per individu ( 2024 )
Jika di Indonesia ada wacana heboh salah satu calon capres bernama Prabowo Subianto nomor urut 2 hendak memberikan makan gratis dan susu gratis kepada seluruh anak anak sekolah di NKRI.
Maka di luar negeri juga ada program yang hampir serupa untuk sasaran yang menyasar anak sekolah.
Salah satunya yaitu di Israel. Tapi ini bukan makan siang gratis dan susu gratis yang dikenal tidak efektif dan tidak efesien dari segi penyaluran distribusinya dan rawan terkontaminasi terhadap korupsi oleh pejabat setempat.
Di Israel, anak anak sekolah diberikan gaji gratis yang masuk ke nomor rekening masing masing peserta per individu secara terkomputerisasi.
Program termasuk ke dalam bansos bantuan sosial ( social security ) untuk anak sekolah. Bukan seperti program asuransi kesejahteraan.
Syarat bagi anak sekolah di Israel untuk mendapatkan gaji gratis dari pemerintah cukup hanya bermodalkan datang ke sekolah saja, absen menyatakan kehadiran lalu belajar kitab Taurat. Sesimpel itu, kalau bolos maka tidak di gaji.
Kalau di Indonesia. Ibarat belajar pendidikan agama.
Nanti, uang yang ditransfer oleh pemerintah Israel ke anak anak sekolah. Terserah uang mau digunakan apa saja, entah itu membeli makan ayam goreng di kantin sekolah, beli susu, beli snack kacang kacangan, beli kerupuk, beli buah atau keperluaan membiayai kebutuhan hidup lain lainnya. Asal jangan gunakan uang gaji tersebut untuk top up game ML dan dilarang untuk membeli rokok.
Gaji yang diberikan oleh pemerintah Israel kepada anak sekolah dalam bentuk uang bulanan ( dibayar per bulan setiap tanggal 1 atau tanggal lainnya yang telah ditentukan ). Tidak peduli apakah anak sekolah itu kaya, menengah atau miskin.
Nilai gajinya mulai dari 680 new shekel atau kurs dolar sebesar $ 185 atau setara Rp 2.800.000 juta rupiah per orang per bulan.
Menurut pemerintah Israel, pendapatan bulanan ini demi menghidupkan anak anak dalam negeri atas perintah dari mandat partai Haredi.
Tetapi pihak lain menganggap ini tidak berkeadilan dan diskriminatif. Karena yang diberikan hanya menyasar kepada anak anak sekolah Yahudi ultra ortodoks saja. Padahal di Israel terdiri dari berbagai macam penganut golongan kepercayaan lainnya. Seperti Islam, Kristen dan Atheis.
Anak anak sekolah yang beragama Islam, Kristen dan Atheis sama sekali tidak diberikan gaji oleh pemerintah Israel.
Sam sokol mengatakan :
Anggaran negara baru yang mengalokasikan miliaran syikal tambahan untuk sektor Yahudi ultra ortodoks hanya berpotensi menghambat upaya bertahun tahun untuk mengintegrasikan komunitas agama yang picik ke dalam perekonomian. Sahutnya.
Walau sedang perang, pemerintah Israel setuju anggarkan alokasi 5% atau Rp 155 triliun rupiah dari APBN untuk gaji anak sekolah Yahudi Yeshiva per individu ( 2024 )
Perang berkecamuk antara Israel VS Palestina Gaza yang terjadi sejak Oktober 2023. Membuat pemerintah Israel harus merevisi banyak anggaran R-APBN ke versi baru.
Perang memberikan dampak pada perekonomian di Israel dengan banyak anggaran biaya infrastruktur dipotong secara besar besaran pada tahun 2024 ini. Sehingga banyak pembangunan infrastuktur ditunda dulu pada tahun ini. Selain itu di bidang kesehatan juga anggaran diturunkan sedikit.
Akibat perang yang menimbulkan kekhwatiran pengurangan anggaran. Dan karena tuntutan dari partai Haredi di Knesset agar tidak memotong program gaji di Yeshiva.
Menteri keuangan Bezalel smotrich dari partai Zionist Religius menyetujui sepenuhnya permintaan untuk mengalokasikan 5% dari APBN untuk tetap mengalokasikan anggaran Yeshiva.
Pada tahun 2024. Israel memiliki penerimaan negara APBN sebesar NIS 584 miliar atau setara Rp 2.450 triliun rupiah. Artinya pemerintah Israel melalui kementerian keuangan yang disahkan di Knesset bersama perdana Menteri telah setuju uang sebesar Rp 155 triliun digunakan untuk gaji Yeshiva.
Karena adanya perang melawan Gaza Palestina. Alokasi militer di APBN meningkat dengan pesat.
Pada awal awal perang, uang APBN sebesar $ 200.00.000 juta - $ 250.000.000 juta digunakan untuk memerangi terorist Hamas.
Namun awal Januari 2024. Anggaran perang militer Israel guna memerangi Hamas telah sedikit mereda menjadi $ 100.000.000 juta dolar perhari.
Ini terjadi karena kekuatan Hamas sudah berkurang separuh.
Tentara Israel Defense Force telah menewaskan atau membunuh hingga sebanyak 14.500 tentara Hamas dan melumpuhkan para pejabat pejabat Hamas ( bukan sipil tidak dihitung ) hingga catatan Februari 2024 versi IDF. Dan kini sisa sisa terorist Hamas telah terhimpit ke titik ujung terakhir di perbatasan Rafah yang dimana para terorist ini berasimilasi dan berbaur dengan penduduk sipil Gaza.
Disisi lain, catatan internasional melalui lembaga PBB mengklaim IDF telah membunuh sebanyak 28.000 orang per Februari 2024. Kebanyakan korban diklaim adalah anak anak, bayi dan ibu ibu.
Bantuan suntikan infus keuangan dari Amerika Serikat untuk Israel sebesar $ 14 miliar dolar. ( belum dihitung paket senjata JDAM, Hellfire, amunisi artileri kaliber 155 mm, dan aneka macam petasan lainnya ). Itu ternyata cukup membantu finansial bagi pemerintah Israel tetapi tetap masih ada anggaran APBN dan CADEV yang harus dikeluarkan sendiri oleh Israel untuk membiayai perang melawan Gaza.
Bank of Israel melaporkan pada akhir Januari 2024. Cadangan devisa ( CADEV ) sebesar $ 206 miliar dolar atau sebesar Rp 3.193 triliun rupiah. Dan SWF ( sovereign wealth funds ) milik pemerintah Israel sebesar $ 1 miliar dolar atau Rp 15 triliun rupiah.
Jika perang di front utara terjadi melawan tentara dari partai politik Hizzbollah di Lebanon selatan. CADEV dan APBN Israel masih siap untuk melandeni perang di 2 tempat sekaligus dalam jangka waktu yang lama. Tanpa mengorbankan biaya anggaran untuk gaji anak sekolah Yahudi Yeshiva.
Sebagai informasi. Distribusi gaji untuk anak sekolah ini dibayar melalui pajak negara Israel yang terdiri dari pungutan pajak keuntungan profit perusahaan BUMN dari pasar ekspor internasional dan perusahaan swasta dalam negeri 7,5%, pajak penghasilan 18%, pajak bea masuk, pajak bangunan, pajak cukai BBM ( bahan bakar minyak di Israel bukan disubsidi melainkan malah kena cukai ), dan tarif pajak lain lainnya.
Diperkirakan ada sebanyak 1,4 juta orang Yahudi Ortodoks di Israel. Sungguh menarik jika kelak pemerintah Israel juga menyetujui memberikan gaji setiap bulan per individu tidak hanya untuk anak anak sekolah saja, melainkan orang dewasa hingga lanjut usia umur 80 tahun ke atas.
Secara anggaran APBN. Itu dapat terjadi, tergantung dari niat politik partai Haredi.
Terima kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU.