Langsung ke konten utama

Diary Januari 2024

Saya kembali menulis tentang diary hasil bulan Januari 2024

Tulisan ini saya tulis sebagai pedoman bagi saya untuk mencari kelemahan dan kelebihan setiap strategi untuk menjadi lebih baik lagi.

Siapa tahu bermanfaat bagi pembaca ya.


Saya masih kecanduan menonton Youtube hingga tengah malam.

Hingga detik ini saya masih kecanduan Youtube. 

Walaupun kadang kadang sanggup mengatasinya dikit dengan mengurangi jumlah jam tayang tontonan.

Tetapi kadang kadang pada hari lainnya saya masih kebablasan. Ini menyebabkan saya tanpa sadar sudah mengakses Youtube hingga pukul jam 12 malam atau bahkan tak terasa sudah jam 1 malam. 

Padahal dalam hati sudah berjanji, pukul 8 malam harus sudah tidur dikasur. Tidak boleh lagi akses atau menonton Youtube berlama lama.  

Beberapa cara, taktik dan strategi sudah aku coba untuk mendisplinkan diri menonton Youtube secara terstruktur berdasarkan ketertiban jam yang sudah di atur dengan displin agar waktu nonton tidak overdosis ( kebablasan ). Memilih jenis apa yang di tonton, tidak menonton Youtube shorts secara berlebihan dan memilah video long youtube apa yang tidak perlu di tonton atau dibuang. 

Saya harus mengakui bahwa rekomendasi algoritma AI YouTube memang sulit diatasi. 

Kenapa ini penting. 

Karena aku ingin kembali merasakan hidup seperti dulu lagi seperti era zaman dulu sejak belum ada godaan video Youtube. 

Setiap jam 8 malam, seharusnya aku sudah tidur nyenyak di kasur alias sudah shut down

Tapi gara gara Youtube, bikin aku restart melulu. 

Aku tuh ngga bisa diginiin. 

Afrid fransisco bukan pecandu Instagram dan Tiktok. Karena aku sendiri jujur aja, tidak terlalu gemar dengan konten joget joget gemoy di Tiktok dan konten pamer kehidupan lifestyle di IG. Menurut aku tidak bermanfaat. Oleh sebab itu aku tidak punya akun IG dan Tiktok. 

Tapi aku jujur banget, kecanduan Youtube berjam jam dan akses Facebook dan Whatapps kurang dari 5 menit - 10 menit sehari cuma lihat sebentar status orang saja atau pesan orang saja.  

Nah, jika penggunaan waktu dikomparasi. Sebenarnya mayoritas hidupku di internet hampir 95% ada di Youtube. 

Tetapi Youtube tidak terlalu mengganggu pekerjaan utama aku sebagai peternak ayam kampung di pagi dan di sore hari dan waktu lainnya. Seperti waktu jam makan, waktu kerja, waktu akses internet, ngeblog & memang jam ngeyoutube, waktu mengurus tanaman dan waktu istirahat siang. 

Saya kalau sedang makan, tidak sambil nonton Youtube. 

Saya kerja di kandang ayam juga tidak mengajak ayam ayam kampungku untuk menonton Youtube. Apalagi sambil bikin konten Youtube bersama sama ayam. 

Jadi dapat dikatakan untuk penggunaan waktu aktivitas lain masih normal tanpa gangguan. 

Tetapi waktu sore hari menjelang malam ketika pekerjaan sudah selesai memicu pemanfaatan jam kosong di waktu luang dan saat ingin tidur malam. Muncullah godaan menonton Youtube. Kehadiran algoritma AI bikin memperparah saya jadi berlama lama betah menonton video yang asik asik. 

Inilah yang belum dapat saya atasi...? 

Satu satunya cara untuk melawan Youtube yaitu kemauan tekad kuat untuk hidup disiplin. 

Tekad saya nampaknya masih lemah sehingga dapat dengan mudah dipermainkan oleh AI Youtube. 

Pada intinya, saya hanya ingin mencoba hidup sehat, tidur teratur setiap jam 8 malam seperti zaman dulu dan tidak obesitas terlalu kebanyakan nonton Youtube sampai larut malam. 

Mengubah konsep bisnis peternakan ayam kampung dari ambisi sebagai pendapatan utama menjadi pendapatan samping dengan mengurangi keinginan memiliki populasi 500 ekor menjadi 300 ekor dan menghentikan niat membeli lahan tanah baru yang terus menerus merangkak naik. 

Setelah dipikir pikir secara panjang dan matang. Alkisah dulu saya punya niat untuk memelihara hingga 1.000 ekor ayam kampung dan 10 ekor babi secara bersamaan, sambil bertani kecil kecilan. Tapi gagal dan tak pernah kesampaian.

Akhirnya saya mengurangi menjadi hanya memiliki ambisi 500 ekor. 

Tetapi setelah dipikir pikir lagi, dengan lahan luas halaman belakang peternakan saya seukuran 21 meter x 22 meter. Nampaknya itu sulit untuk ternak ayam kampung kayak gitu, mengingat saya mengincar bisnis peternakan mandiri. Yaitu menghasilkan telur sendiri, doc ditetaskan sendiri hingga pembesaran. Jadi butuh lahan yang lebih luas lagi sebenarnya jika pengen gaji setara UMR. 

Memaksakan ukuran lahan dengan populasi ayam yang banyak. Itu juga berbahaya banget rawan terserang virus & bakteri. Karena semakin banyak ayam maka semakin cepat amoniak terkumpul. Jadi mulai saat ini saya menghentikan niat untuk berambisi memelihara hingga 500 ekor  menjadi 300 ekor dengan maksud menghindari bahaya serangan penyakit dari makhluk halus tersebut mengingat lahan tanah saya yang terbatas.  

Memang ada cara jitu agar populasi ayam banyak dengan meminimalkan dampak bahaya penyakit yaitu meluaskan ukuran lahan menjadi 0,5 hektar. Niat inipun pernah aku pikirkan, namun setelah dipikir pikir, dari hari ke hari harga tanah di kota Palangkaraya terus merangkak naik, sehingga sepertinya tidak mungkin terbeli bagi saya.    

Aku akhirnya memutuskan hari ini untuk stop berekspasi dan stop next level, tak perlu lagi berniat meningkatkan jumlah ayam dan tak perlu lagi membeli lahan tanah baru. Memastikan bahwa hanya menggunakan lahan tanah yang sudah ada yaitu ukuran 21 meter x 22 meter untuk dimaksimalkan hingga 300 ekor. Saat ini, ayam saya ada 100 ekor. Tinggal butuh 200 ekor lagi untuk mencapai target. 

Ada alasan lain, mengapa saya memutuskan hanya pelihara 300 ekor. Karena mengurangi tingkat kelelahan dan itu juga tugas yang berat jika ayamnya sebanyak itu. Semakin banyak ayam, semakin lelah. Membayangkan menghandle 500 ekor saja rasanya seperti sakit pinggang. Bersihkan kotoran ayam yang menumpuk, mengangkat makanannya yang tambah berat, mencuci wadah air minum, dll sebagainya.

Jika populasi ayam sedikit, tentu saja penghasilan jadi berkurang. Dengan 300 ekor ayam kampung, secara praktis itu tidak dapat mencapai gaji UMR sebulan setara rata rata orang orang di kota Palangkaraya. 

Dalam hatiku aku berpikir.

Ya udah gitu, biarlah jadi gaji setara sampingan.

Paling ngga sebulan saya bisa jual antara 20 ekor ayam kampung per bulan ke pengepul. 

Atau menetaskan anak ayam hingga 20 - 50 ekor perbulan. Tidak perlu lagi berniat memiliki banyak ayam. 

20 ekor - 50 ekor anak ayam perbulan menetas. 

Itu sudah aku syukuri sekali. 

Beli charger laptop baru 

Karena sudah memasuki usia tua, charger laptopku mesti diganti dengan yang baru seharga Rp 200.000 ribu rupiah. Aku, mamah dan papah membeli di toko komputer di kota Palangkaraya. 

Kata orangnya sih daya listriknya sudah lemas, sudah masanya untuk diganti dengan yang baru. 

Selain charger yang rusak. Sebenarnya sound system simbadda, mouse dan keyboard aku juga ikut rusak.

Simbadda sudah rusak total, mau beli baru tapi ngga ada uangnya. Jadi dialihkan aja ke sound internal miliknya laptop. 

Untuk mouse, kerusakannya sudah 50%, tapi masih bisa dipakai. 

Dan keyboard internal di laptop juga udah rusak total, kini aku alihkan aja ke keyboard eksternal yang aku beli pakai uang hasil gaji Google Adsense. 

Terima kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU. 

Related Post