Bluewhale, kapal selam otonom pemburu pendeteksi kapal selam musuh telah resmi dinas operasional di pemerintahan Israel [ hemat efesiensi biaya APBN hingga 90% ] ( 2025 )
Tanpa perkembangan teknologi drone. Kapal selam tak berawak atau disebut juga sebagai unmanned underwater vehicle ( UUV ) hanyalah sebuah angan angan belaka.
Tetapi kini, akibat kemajuan zaman yang semakin canggih. Angkatan bersenjata tak lagi harus melulu berpaku pada kapal selam berukuran raksasa dan besar yang dipenuhi oleh banyak operator tentara manusia didalamnya, tidak efektif, mahal, banyak lilitan kabel di setiap ruangan sempit dan boros energi.
UUV dari model seperti Bluewhale buatan perusahaan Israel IAI. Mengubah paradigma peperangan kapal selam masa depan di bawah laut tanpa harus komandan takut tertembak dan akhirnya mati tenggelam ke dasar laut sambil dipatuk oleh ikan anglersfish, lalu bertemu dengan fosil megalodon.
Kini dengan kapal selam robotika Bluewhale. Para komandan dan tentara bisa memimpin operasi militer yang berjarak ratusan kilometer di bawah laut langsung dari kantor full AC sambil menyeruput kopi Cappucinno sambil dengerin musik dangdut koplo.
Bluewhale, kapal selam otonom pemburu pendeteksi kapal selam musuh.
Pemerintah Israel di tahun 2025 untuk pertama kalinya telah meresmikan alustista UUV Bluewhale sebagai anggota dari mesin perang dalam menjaga perairan zona ZEE dan kedaulatan maritim Israel yang memiliki panjang bibir pantai sekitar 200 km.
Bluewhale menjadi divisi robotika. Itu bersanding bekerjasama dengan kapal tanpa awak Seagull, Protector, kapal selam Dolphin dan jaringan komunikasi terhubung dengan kapal perang korvet dari kelas Saar yang dilengkapi dengan senjata peluncur torpedo dan terkoneksi pula dengan kapal patroli OPV dan Shaldag.
Bluewhale dirancang oleh IAI untuk menjadi pengganti kapal selam Dolphin di masa depan untuk urusan pengawasan, pendeteksian, menganalisa, mengumpulkan intelijen, melacak arus bolak balik kapal dagang komersial yang mendekati perbatasan dan mengamankan aset penting infrastruktur pertambangan gas hidrogen milik negara Israel.
Kapal selam Bluewhale ditenagai oleh baterai listrik, sehingga mampu menyelam dengan senyap hingga kedalaman 300 meter. Memiliki panjang 12 meter, lebar 1,2 meter dan bobot berat 5 ton.
Kecepatan melaju saat teredam adalah 3 knot atau setara 5 km/jam.
Daya tahan baterei hingga 3 minggu atau setara 1 bulan.
Bluewhale mampu menghancurkan kapal selam musuh dengan menggunakan bekal berupa alat deteksi sensor, radar, EO dan tautan berbagi data yang dipancarkan melalui tiang teleskopik yang kemudian dikirim ke pihak grup Whatsapp pesawat tempur sebagai pihak eksekusi ( pemangsa atau penyerang kapal selam musuh melalui udara ).
Pesawat tempur dari varian F-15, F-16 dan F-35. Cukup butuh waktu kira kira 15 menit - 20 menit dari lapangan bandara untuk tiba ke lokasi titik koordinat laut yang ditujukan.
Bluewhale menjadi tonggak sejarah baru dalam teknologi pertahanan militer Israel di bawah laut dari intersepsi musuh yang hendak menyerobot di kedalaman air asin. Acuannya tidak hanya menjadi kunci keamanan nasional, melainkan efisiensi biaya lebih murah dibandingkan kapal selam tradisional berawak yang mahal. Tetapi tetap menawarkan kemampuan pendeteksian maritim yang setara.
Persenjataan hemat biaya tanpa mengurangi nilai kualitas ASW ( peperangan antikapal selam ). Tentu menjadi pilar di era teknologi militer yang semakin kompleks, sehingga membutuhkan pemilihan senjata yang ideal demi menyediakan lebih banyak unit kapal selam robotika drone.
Trend kedepan di masa yang akan datang di tahun 2030, diprediksi bakal banyak negara memutuskan untuk membeli kapal selam tak berawak, alih alih mereka harus membeli kapal selam berukuran raksasa yang menguras perekonomian APBN.
Terima kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU.