Lompat ke konten Lompat ke footer

Konsep strategis militer China untuk mengontrol dominasi laut di dunia (2020)


Masih ingatkah anda dalam sebuah dokumenter pada acara di era tahun 90.

China telah menegaskan sejak lama bahwa satu satunya masalah kehidupan pemerintah China yaitu adanya kekhawatiran penghalang yaitu dominasi rival saingan bisnis perdagangan melawan militer dan ekonomi Amerika Serikat.

China memang bukan seperti Amerika Serikat yang telah berdiri sejak lama lebih dari 200 tahun yang lalu.

Negara Tiongkok didirikan pada tanggal 1 Oktober 1949.

Sehingga China dianggap masih baru memulai dalam kancah politik, militer dan ekonomi. Dibandingkan pesaingnya, Amerika Serikat sudah berpengalaman selama bertahun tahun.

Tentu saja.

Ekonomi dan militer tak dapat dipisahkan.

Bagaikan dua sisi koin yang tak mungkin terpisahkan berjalan seiringan.  

CHINA MENYONTEK DAN MENIRU KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT [ AMERICAN STRIKE GROUP ] 

Bagi China, tak masalah untuk menyontek, meniru, menduplikasi atau apalagi melakukan cara cerdas dengan menerapkan copypaste terhadap lawan saingannya.

Nampaknya, hal sama berlaku juga dalam teknik strategi.

China menyontek konsep American Strike Group.

Strategi ini yaitu mengoperasikan dan menyebarkan kapal induk ke seluruh penjuru dunia berserta gugus tempur termasuk kapal penghancur destroyer, kapal frigates, kapal selam dan kapal pengawal perdagangan komersial.

Kekuatan kapal induk AS memiliki kemampuan serangan jarak jauh sebagai proyeksi serangan darat, laut dan udara untuk memberikan efek jera terhadap negara negara yang melawan atau menentang kebijakan politik dan perdagangan Amerika Serikat.

Siapa melawan atau menolak berbisnis perdagangan ekonomi atau menentang politik tak patuh terhadap keinginan Amerika Serikat. Bakalan di embargo, diberikan sangksi bahkan tak jarang dilakukan serangan militer melalui proyeksi kapal induk.

Kita semua tahu dari catatan membaca semua perjalanan historis sejarah di AS.

Bahasa Amerika Serikat adalah ‘MILITER’.

Jika keinginan AS tak dipenuhi maka militer merupakan cara akhir tujuan visi mereka.  

Kini China meniru strategi hal yang sama.

American Strike Group ala premanisme Amerika Serikat’.


Analisis memperkirakan pada tahun 2030.

Kapal perang China melonjak dari 358 menjadi 450 unit.

Kapal selam 74 unit diperkirakan melonjak menjadi 110 unit.

Pada tahun 2020. China memiliki 2 kapal induk. Yaitu Liaoning dibeli dari bekas Uni Soviet dan mulai mengoperasikan 1 unit kapal induk baru bernama Shandong.

China menyadari untuk meniru strategi American Strike Group diperlukan kapal induk dalam jumlah besar.  

Saat artikel ini ditulis kepada anda.

China sedang membangun infrastruktur kapal induk ke 3.

Berbagai analis di Amerika Serikat memperkirakan pada tahun 2050. China diperkirakan akan memiliki 10 unit kapal induk.



Jika semua rencana pembangunan kapal induk tercapai. Maka China dapat mengendalikan jalur sutra BRI (Belt and road initiative) secara lebih leluasa tanpa ada negara lain berani menentang China.

Kecuali Amerika Serikat yang merasa hedegomi Super Power dirinya tersaingi oleh China. AS akan terus menerus berusaha mengagalkan semua rencana China untuk menunjjukkan diri bahwa AS masih tetap Super Power di bidang ekonomi, militer dan politik.

Pada saat presiden Donald Trump berkuasa.

China melalui partai komunis telah paham bahwa rencana aksi implementasi mereka telah menemui titik hambatan. Dimana Amerika Serikat terus menghalang halangi upaya perluasan dan kemajuan industri, ekonomi, militer China.

Perjalanan kemajuan China untuk menjadi ‘raksasa dunia’ bakalan dihambat oleh Amerika Serikat.

Laut China Selatan hanya segelintir awal dari sebuah percikan bagaimana China ingin mendominasi dunia global internasional. Selanjutnya yaitu perluasan lautan. Termasuk samudara pasifik, arktik, bentangan baltik bahkan hingga ke antartika.

Bayangkan jika semua jalur ini dikuasai oleh militer China.

China paham. Untuk menjadi negara kuat dibutuhkan militer kuat. Tanpa militer perkasa maka ekonomi takkan berjalan semana mestinya.

Kemampuan teknologi militer penting bagi China. Memungkinkan proyeksi kekuatan untuk mengamankan darat, laut dan pelabuhan di tempat jauh. Seperti penempatan pasukan PLA di Pakistan, Djibouti, Nigeria, Srilanka, Siprus, Yunani, dll.

Aset ini digunakan China sebagai pijakan militer di negara lain. Kemudian membangun perdagangan bersama negara bersangkutan dengan memberikan kredit atau bunga utang untuk mendirikan infrastruktur yang mendukung transportasi ekonomi. Seperti jalan, pelabuhan, gudang, jembatan, listrik, dll.

Pada akhirnya, proses ini menguntungkan China menyebabkan impor produk barang industri perusahaan negeri Tirai Bambu membanjiri kawasan tersebut.

Sehingga produk lokal UKM dari negara lain kalah bersaing dan terjatuh ke dalam dilema kemiskinan dan sebagian mengalami kebangkrutan.  

Kemudian. Pelabuhan diambil alih sebagai tempat menjadi markas bagi pangkalan angkatan laut China.




Pada waktunya, semua pelabuhan, jalan, jembatan, listrik, gudang, dll akan dikuasai oleh China ketika negara tersebut gagal bayar utang atau terjerat kepada utang jebakan yang sebenarnya mustahil untuk dilunasi kepada China.  

Militer merupakan jawaban akhir jika negara lain melawan atau menentang China.

Jika membaca artikel ini.

Tentu ada benarnya sebuah pepatah mengatakan :

Lebih baik Amerika Serikat menjadi Super Power ketimbang China.

Youtube : Angkatan Laut China

Terima kasih. Semoga bermanfaat. GBU