Sekitar tahun 60 an.
Rudal jarak jauh
dikembangkan. Selain sebagai pertahanan diri menghadapi ancaman global terhadap
negara yang memiliki kebijakan bertentangan.
Rudal digunakan pula
untuk menjaga kedaulatan sebuah bangsa dan meningkatkan pengaruh dominasi
hegemoni ekonomi, politik dan militer negara tersebut.
Namun saat ini. Ada
sebuah perubahan trend pada teknologi rudal akibat tekanan kesulitan
globalisasi dan perubahan iklim global warming. Terutama rudal jarak jauh.
Rudal jarak jauh
dikenal berbiaya mahal.
1 unit saja dapat
menguras banyak APBN. Sehingga jumlah produksi pasokan rudal jarak jauh menjadi
terbatas.
Contoh rudal jarak
jauh adalah Jericho missile milik Israel hanya diproduksi sebanyak 24 unit
saja.
Ada pula rudal hipersonik
Avangard, Sarmat dan Yars milik Rusia.
Foto : Rudal Yars |
Rudal Avangard diperkirakan
hanya sanggup diproduksi oleh pemerintah Rusia kira kira sebanyak kurang dari 5
unit saja.
Avangard terlalu mahal. Bahkan negara kaya sekelas Rusia takkan sanggup
memproduksi AVANGARD dalam jumlah besar.
Di Amerika Serikat.
Rudal jarak jauh Minuteman merupakan contoh rudal antarbenua dengan daya tembak
jelajah hingga mencapai 13.000 km.
Karena biaya operasi rudal
Minuteman begitu mahal. Direncanakan segera dipensiunkan oleh militer Amerika
Serikat digantikan oleh rudal jelajah Tomahawk berkepala nuklir dan bom nuklir
B61 yang dapat ditembakkan melalui integrasi pesawat tempur F-35, F-15, B-2, B-1, dan
B-52.
Jadi, apakah rudal jarak jauh ICBM antarbenua tetap
dibutuhkan….?
Korea Utara merupakan
contoh negara gagal yang tak mempertimbangkan konsekuensi antara faktor ekonomi
dan militer. Terhadap penggunaan dan pengembangan senjata rudal jarak jauh
berbasis nuklir.
Korea Utara melalui
presiden komunis bernama Kim Jong Un sekaligus
dianggap sebagai TUHAN oleh rakyatnya. Tak memperhitungkan dampak dari menciptakan
senjata rudal berbasis nuklir seperti Nodong.
Sekilas, memiliki
rudal jarak jauh yang dapat menjangkau separuh dunia. Terlihat keren.
Tetapi sesungguhnya biaya
penciptaan, pengembangan dan perawatan rudal jarak jauh milik Korea Utara dapat
menyebabkan ketidakseimbangan anggaran keuangan negara tersebut.
Apalagi Korea Utara
bukanlah negara kaya.
Inilah yang dapat kita
sebut. ‘Senjata makan Tuannya”.
Kemiskinan bakalan
melanda negara tersebut oleh kesalahan program tuannya sendiri.
Ditambah terhadap
embargo ekonomi oleh Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Itu tentu bakalan
menyiksa perekonomian negeri komunis tersebut semakin tambah suram.
Jadi, apakah rudal
jarak jauh ICBM antarabenua tetap dibutuhkan.
Tergantung dari masing
masing negara menjawab kebutuhan tersebut.
Jika kita membaca data
di Amerika Serikat.
Negara pimpinan Donald
Trump. Sudah terlihat nampak bahwa pemerintah Amerika Serikat tak mau lagi
menggunakan senjata rudal jarak jauh seperti Minuteman karena terlalu mahal.
Ini terlihat ketika
Amerika Serikat pada tahun 2019 telah keluar dari perjanjian Intermediate Range
Nuclear Forces Treaty.
Kemudian AS mulai
memproduksi rudal Tomahawk dan bom nuklir B61 dalam jumlah besar. Dengan jarak
tembak hingga 500 km - 1.000 km sudah mencukupi sebagai kebutuhan perang modern. Alih alih menggunakan Minuteman berjarak
tembak 13.000 km merupakan pemborosan APBN.
Lalu apakah Amerika Serikat bakalan menggunakan rudal jarak jauh minuteman dikemudian hari.
Jawabnya tentu ngga dan tergantung juga sebagai pembalasan pemungkas apabila diserang terlebih dahulu maka
minuteman menjadi andalan.
Rudal jelajah presisi Tomahawk,
serangan pesawat drone dan serangan pesawat tempur bomber kini menjadi pilihan aset
bagi pemerintah AS karena lebih murah, lebih efektif dan lebih efesien ketimbang menggunakan rudal jarak jauh.
Doktrin strategi
Amerika Serikat yaitu dengan mengepung terlebih dahulu negara musuh-musuhnya
seperti menempatkan tank, lapangan pesawat udara, menempatkan kapal induk, mendirikan
markas infanteri, dan membangun pusat komando militer tepat di depan halaman
musuhnya.
Seperti mengepung China,
Rusia, Korea Utara dan Iran dari segala arah.
Dipastikan setelah Minuteman pensiun beberapa dekade kedepan.
Amerika Serikat mengandalkan rudal Tomahawk berhulu ledak konvensional atau nuklir dan menjadikan pesawat tempur sebagai aset terdepan untuk melawan musuhnya.
Youtube : Rudal Tomahawk
Bagaimana dengan Israel, Iran, China dan Rusia apakah rudal
jarak jauh dibutuhkan.
Rudal jarak jauh
andalah Rusia adalah YARS, SARMAT dan AVANGARD.
Sedangkan Israel
memiliki rudal nuklir balistik ICBM Jericho.
China memiliki rudal
jarak jauh dongfeng.
IRAN memiliki rudal
jarak jauh Shahab sebagai andalannya.
Keempat negara pemilik
rudal jarak jauh (Israel, Iran, Rusia dan China). Dipastikan tetap membutuhkan
rudal jarak jauh walaupun berharga mahal. Kebetulan negara-negara ini rata-rata
memang kaya. Jadi sepantasnya negara ini memang piawai membangun &
menciptakan rudal tanpa membebani ekonominya.
Youtube : Rudal nuklir Yars Rusia
Bagi Rusia dan China.
Tak mungkin dapat mengepung negara Donald Trump. Karena berada dalam jarak ribuan kilometer dan terpisah oleh lautan luas yang dihuni oleh jajaran benteng raksasa kapal induk dengan seabrek sistem pertahanan national missile defense (NMD) berbasis Aegis dan dilindungi oleh ribuan patroli pesawat tempur US Air Force siang malam.
Tak mungkin dapat mengepung negara Donald Trump. Karena berada dalam jarak ribuan kilometer dan terpisah oleh lautan luas yang dihuni oleh jajaran benteng raksasa kapal induk dengan seabrek sistem pertahanan national missile defense (NMD) berbasis Aegis dan dilindungi oleh ribuan patroli pesawat tempur US Air Force siang malam.
Jadi satu satunya cara
bagi Rusia dan China menembus pertahanan AS hanyalah dengan mengandalkan rudal
jarak jauh berhulu ledak nuklir. Sehingga rudal jarak jauh masih dibutuhkan sebagai tembakan pemungkas bagi China dan Rusia.
Foto : Dongfeng China |
Bagi Rusia itu sudah
tak mungkin dapat menembus benteng lautan AS. Jika mengandalkan senjata
konvensional.
Kecuali China. Lawan
tangguh Amerika Serikat di masa depan saat ini memang sedang gencar membangun
10 unit kapal induk untuk menandingi Amerika Serikat.
Lalu bagaimana dengan
India dan Pakistan. Kedua negara tersebut juga memiliki program rudal jarak
jauh. Namun negara ini hanya sanggup memproduksi secara massal rudal jarak tahap
menengah dengan rentangan antara 2.500 km saja. Walaupun India diketahui piawai membangun
rudal kendali hingga jarak jangkau 6.000 km. Tapi itu takkan mungkin dapat diproduksi
dalam jumlah massal karena harga terlalu mahal.
Baca juga :
Begitu pula dengan
Iran.
Walaupun piawai
menciptakan rudal jarak jauh untuk mengancam Israel.
Namun pasukan garda revolusi
IRAN terlihat lebih suka mengandalkan RPG dan rudal kornet untuk melawan Israel
dengan mengepung negeri Zionist Yahudi dari Suriah dan Lebanon. Alih alih
menggunakan rudal jarak jauh yang terlalu mahal.
Istilah artikel ini disebut juga sebagai batas teknologi, batas problem keuangan dan mengacu ke hukum fisika. Energi tak dapat diciptakan maupun tak dapat dimusnahkan.
Sehingga perang modern di masa depan hanya mencakup rudal jarak dekat dan menengah di rentangan antara 1 km - 2.500 km saja.
Istilah artikel ini disebut juga sebagai batas teknologi, batas problem keuangan dan mengacu ke hukum fisika. Energi tak dapat diciptakan maupun tak dapat dimusnahkan.
Sehingga perang modern di masa depan hanya mencakup rudal jarak dekat dan menengah di rentangan antara 1 km - 2.500 km saja.
Terima kasih. Semoga
bermanfaat ya. GBU