Lompat ke konten Lompat ke footer

AUGV : Robot AI militer darat Uni Eropa (2020)

Perang masa depan menuju ke arah robotika.
 
Namun, penggunaan tentara manusia tetap diperlukan berkaloborasi dengan robot sebagai team bersama.
 
Perang merupakan sesuatu hal rumit, kompleks dan berisiko.
 
Terutama bagi pasukan yang berada di garis depan atau perbatasan negara.
 
Melaksanakan misi pengintaian dan penyergapan adalah salah satu pekerjaan paling mematikan dan menantang di bidang militer.
 
Karena dapat membuat nyawa seorang tentara meninggal dunia akibat tertembak peluru musuh, terrorist atau dari gangster mafia narkoba.
 
Tentara tak pernah mengetahui dimanakah musuh bersembunyi di balik rindangnya pepohonan, batu, jurang, di bawah lubang sungai ataukah musuh berada di atas bukit.
 
Penggunaan robot kendaraan darat tak berawak merupakan solusi paling jitu demi menyelamatkan banyak nyawa bagi para tentara. Sekaligus membantu misi tugas abdi negara tersebut menjadi lebih ringan dan efesien.  
 
AUGV : Robot AI militer darat Uni Eropa (2020)

 
AUGV disebut sebagai robot kendaraan darat otonom serba multiguna.
 
Disebut multiguna karena hanya dengan satu platform saja maka dapat menjalankan banyak bermacam macam tugas misi.
 
Misi tersebut seperti pengawasan, pengintaian ISR, deteksi radiasi nuklir (CBRN), operasi Medevac (evakuasi medis), misi perpanjangan komunikasi, misi pembawa peralatan logistic militer dengan mengikuti setiap langkah tentara didepannya secara otomatis dalam perintah follow, misi tempur penembakan fire support, misi untuk membawa tentara yang terluka, dan misi penyelamatan darurat.  
 
Tentunya sebelum memulai misi. Dilaksanakan terlebih dahulu bongkar muat pasang ke dalam untuk memasang dan menginstal sistem tambahan ke platform AUGV dengan persyaratan tujuan spesifik masing masing misi yang pengen dijalankan sesuai perintah negara.

 
AUGV dikendalikan secara jarak jauh oleh pusat pos kontrol komando melalui satelit SATCOM militer atau jaringan internet 4G/5G.
 
Pun demikian, AUGV begitu fleksibel dapat pula dikendalikan secara jarak dekat oleh seorang tentara menggunakan komputer tablet dari lokasi jarak yang sama.
 
Kemampuan AI

 
AUGV digerakkan dengan kemampuan kecerdasan buatan artificial intelligence AI yang diciptakan oleh ilmuwan dari perusahaan militer raksasa Rheinmetall asal Jerman (EU). Bekerjasama dengan perusahaan raksasa militer Thales asal Ferancis (EU).
 
Teknologi AI meliputi kemampuan dalam memetakan wilayah operasi, menganalisis medan, mengenali  objek, mengenali face wajah tentara dan merencanakan jalur rute aman.
 
Tak hanya itu saja. Sistem sensor dan teleskopik pengintaian EO (electro optic) dilengkapi dengan AI.
 
Menghasilkan gambaran kesadaran situasional tak tertandingi dalam mengalahkan mata manusia tentara. 

Melalui kamera berkemampuan AI mampu merekam, memotret dan memberikan tampilan panorama 360 derajat dengan secara cepat menemukan musuh dan penembak jitu sniper yang bersembunyi di balik pohon atau memberikan petunjuk ke tentara tentang objek mencurigakan menggunakan laser rangefinder sebagai dukungan bom rudal berpemandu.
 
AUGV 100% menggunakan baterei listrik. Senyap, ringan, tak berisik dan mudah dibawa kemana saja menggunakan helikopter ataupun pesawat.
 
Laju kecepatan mencapai 30 km perjam.
 
Daya tahan baterei hingga 8 jam.
 
Mampu menempuh jarak hingga 140 km. Sekali isi ulang charger baterei.

 
Tremblay mengatakan :
 
Artificial intelligence digunakan dalam navigasi antara lain fungsi membantu menentukan jenis rintangan seperti lumpur, batu, semak. Sedangkan untuk tujuan pengintaian AI digunakan sebagai pemberi tanda dan mengindentifikasi target untuk meringankan beban operator di stasiun kendali dalam menghadapi ancaman. Dalam kasus kedua, AI berkontribusi untuk meningkatkan algoritma machine learning yang kelak digunakan untuk meningkatkan kemampuan otonomnya disetiap misi berikut. Sahutnya.  

 
Walaupun AI telah diinstal banyak pada sistem AUGV. Fungsi penembakan tetap melibatkan peranan tentara manusia sebagai pengambil keputusan terakhir. Dalam dunia militer disebut “man on the loop’. Dimana ada tentara manusia dibelakangnya walaupun ini adalah sebuah mesin robot. Tombol keputusan untuk mencabut nyawa orang lain tetap melibatkan tentara manusia.  
 
AUGV dilengkapi dengan rudal buatan Thales Ferancis dan senapan mesin RCWS 7,62 mm Rheinmetall fieldranger buatan Jerman.
 
Penguncian target sepenuhnya otonom melibatkan AI.
 
Namun jika tombol tanggung jawab telah diizinkan diberikan lampu hijau oleh tentara manusia.
 
AUGV dapat menembak dan menghancurkan target sepenuhnya secara otonom menggunakan kecerdasan AI. Bahkan jika target mencoba mengelak atau melarikan diri. AUGC dapat mencarinya bertindak secara mandiri, mendeteksi, mengejar, melacak dan menembak target hingga hancur.  

 
Angkatan darat Italia
 
Robot AUGV tergolong masih baru. Belum digunakan secara menyeluruh ke seantero Uni Eropa.
 
Angkatan darat Italia telah menjadi kandidat pertama melakukan evaluasi kelayakan dan diberminat memilikinya.
 
Pihak Rheinmetall mengklaim masih banyak pekerjaan dilakukan untuk tahun mendatang. Seperti pengembangan AUGV varian amfibi. Untuk saat ini hanya dapat melewati tepi aliran sungai dangkal. Pengembangan AUGV lanjutan dalam bentuk varian sepenuhnya amfibi sedang dilaksanakan. Beberapa pekerjaan lain meliputi perbaikan sistem. Terutama kontrol dengan tujuan 1 tentara dapat menghandle hingga 3 sampai 6 robot sekaligus agar lebih efektif dalam meminimalkan penggunaan tentara agar menciptakan serangkaian kemampuan yang disebut wolf pack dan berusaha menciptakan standar keselamatan AI guna memenuhi keamanan yang diisyarakan oleh NATO terhadap mode sistem operasional robotika.

Baca juga :
Youtube : Robot AUGV asal Uni Eropa
 
Terima kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU