Kita semua tentu
mengetahui bahwa saat ini semakin marak negara kuat mencaplok kawasan dari
negara lemah.
Seaakan akan lembaga PBB
atau perserikatan bangsa bangsa tak berdaya memisahkan atau menyelesaikan polemik
ini.
Itu memang harus terjadi
dan demikian adanya untuk mempertahankan kekuatan dominasi sebuah negara agar
menjadi lebih kuat berkali kali lipat dari sebelumnya.
Lihatlah bagaimana Rusia
mencaplok wilayah Crimea milik Ukraina.
Lihatlah bagaimana
Israel mencaplok wilayah Golan milik Suriah.
Lihatlah bagaimana
Amerika Serikat berhasrat ingin membeli benua Greenland milik Uni Eropa.
Untuk mencaplok sebuah
wilayah dari negara lain. Tentu jalan yang harus ditempuh yaitu menggunakan
cara kekuatan militer yang mematikan. Bukan dengan diplomasi, demonstrasi berjilid
jilid, rapat berjam jam berhari hari atau plango plongo.
Bagi negara kuat. Peluru panas,
dentuman tank, serangan rudal dari pesawat tempur dan hantaman artileri adalah
cara paling efektif untuk menyelesaikan masalah perbedaan kebijakan politik
antar negara.
China caplok wilayah Gyalaphug sepanjang 100 km di negara Bhutan (
2021 )
China, negara milik
partai komunis ini secara aktif dari tahun ke tahun terus mencaplok kawasan
tetangga di sekitar wilayah miliknya.
Kawasan Gyalaphug
sepanjang 100 km milik negara Bhutan telah dicaplok oleh China sejak tahun 2015
yang lalu.
Dalam hal pencaplokan yang
dilakukan oleh militer China. Tak ada kekerasan yang terjadi.
Pemerintah Bhutan
memilih menyerah dengan damai, mengungsikan penduduk ke desa yang terdekat dan
bersikap apa yang disebut sebagai ‘diam
dengan displin’.
Bhutan hanyalah negara
kecil dengan populasi sekitar 750.000 ribu orang saja. Alih alih Bhutan berperang
dengan China. Bhutan memahami bahwa China adalah negara raksasa dengan kekuatan
militer yang sulit ditandingin. Walaupun harus merelakan wilayah miliknya
tercaplok oleh China.
Gyalaphug bukan satu satunya wilayah yang dicaplok China
Gyalaphuh hanyalah bentuk
permulaan.
Pada masa depan, bakalan
banyak kawasan Bhutan yang dicaplok oleh militer China. Hingga pada akhirnya
negara Bhutan tinggal sejarah (lenyap tak tersisa).
Gyalaphug atau Jieluobu.
Telah menjadi bagian dari negara China. Pengumuman ini diresmikan oleh PKT
(partai komunis China) pada Oktober 2015. Secara sah gyalaphug menjadi milik
China.
Kantor layanan pemerintahan milik partai komunis China turut didirikan disana untuk menghandle kawasan tersebut.
Selama 5 tahun beroperasi.
Kawasan Gyalaphug dibangun berbagai infrastruktur seperti jalan dan irigasi untuk
dijadikan sebagai area pertanian, perkebunan, perternakan dan pengelolaan budidaya
air bersih melalui pelestarian hutan. Sedangkan berbagai macam mineral berharga
di Gyalaphug diolah, diambil dan dikeruk oleh pemerintah China.
Pemerintah China turut
memberlakukan program pembangunan pemukiman perumahan bagi warga China yang tinggal
menetap di gyalaphug.
Pos militer dan polisi
didirikan untuk menjadi pilar keamanan.
Seni perang China : Ulat sutera
Seperti yang diutarakan
pada artikel diatas. Gyalaphug bukan satu satunya daerah yang dicaplok oleh partai
komunis China.
Mari saya ajak anda ke
mesin waktu untuk melihat sejarah di sekitar kawasan yang berdekatan dengan
Gyalaphug.
Pada tahun 618. Ada
sebuah kerajaan bernama Tibet dengan komunitas mayoritas berpenduduk agama
Buddha. Namun pada tahun 1950. Kerajaan ini telah musnah dilahap oleh China dan
kebanyakan penduduknya telah melarikan diri ke berbagai negara. Termasuk
Indonesia.
Kebebasan beragama Buddha
terkekang oleh pemeluk paham atheis komunis milik pemerintah China.
Tentara PLA milik China
secara telak berhasil mengalahkan tentara Tibet dalam pertempuran chamdo.
Walhasil, China
mencaplok seluruh kerajaan Tibet, menegaskan kedaulatan kekuatan militer China
dan kerajaan Tibet dimusnahkan.
Dalai lama secara keras
menentang perlakuan buruk China ini kepada PBB (perserikatan bangsa bangsa).
Tetapi karena takut diincar oleh tentara China. Dalai lama melarikan diri ke
luar negeri sehingga menyaksikan kisah sedih kerajaan yang dipimpin olehnya.
Kini telah direbut oleh China.
Perlawanan keras Dalai
lama berakhir dengan sia sia. Semua nampak pasrah. Kerajaan Tibet sudah tak
dapat tertolong lagi karena telah diremukkan.
PBB hanya termenung dan plango plongo.
Amerika Serikat turut
menentang pencaplokan kerajaan Tibet oleh China.
Namun, Amerika Serikat tak
dapat berbuat apa apa karena berada di sistem pertahanan China yang jauh.
Belajarlah dari sejarah.
Pencaplokan demi
pencaplokan yang dilakukan oleh China. Tak hanya masalah sengketa wilayah. Namun
juga nilai nilai kebebasan agama Buddha dan agama tradisional lainnya dipertaruhkan
seperti kasus Tibet.
Pada agama Islam dan
Kristen. Pemerintah China kini nampak memahami 2 agama ini tergolong besar di
masyarakat internasional sehingga tak ingin menimbulkan riak goncangan. Tetapi
tetap melakukan hal yang sama dengan memonitor menggunakan kontrol AI (Artificial
intelligence). Untuk kasus agama minoritas di China. Seperti Buddha, Hindu dan
agama tradisional. Itu telah begitu terkekang disana. Banyak warga dari agama
lainnya memilih pindah ke negara lain.
Bagi partai komunis.
Atheis adalah kepercayaan mutlak yang dijunjung tinggi oleh PKT.
Sekarang, yuk mari kita
kembali ke pembahasan pencaplokan tentang mengapa China terus mencaplok kawasan
sekitarnya.
Baca juga :
ULAT SUTERA berubah menjadi NAGA.
Dalam tradisi militer
China. Ini disebut ‘CAN SHI’.
Istilah ini disebut
taktik mengiris ngiris semua musuh musuh China menjadi lemah tak berdaya.
Can shi artinya
menggigit seperti ulat sutera.
Mirip seperti cara kerja
ulat sutera menggerogoti daun secara perlahan demi perlahan, sedikit demi
sedikit. Tak tahu tahunya sudah satu bagian daun terkikis, lama lama menjadi
banyak bagian daun telah dilahap habis.
Gigitan kecil ulat
sutera kini berubah tak disadari melahap seluruh daun.
Gigitan kecil ulat
sutera lalu berubah menjadi rahang yang menghancurkan.
Dari ulat sutera berubah tak disadari menjadi gigitan seperti naga.
Jika China dibiarkan
berlarut larut mengigit sedikit demi. Maka pada masa depan, tanpa disadari tiap
gigitan menambah kekuatannya sebagai upaya memproyeksi dominasinya ke seluruh dunia.
Negara seperti Nepal,
Myanmar, Laos, Thailand, Kamboja, Vietnam, Korea Utara, Korea Selatan, Jepang,
Taiwan, Mongolia dan Filipina. Harusnya berhati hati terhadap pencaplokan
berikutnya oleh China atau jika tak ingin negara anda menjadi korban berikutnya
lalu yang tersisa habis tinggal sejarah dan penduduk anda mengungsi ke negara
lainnya.
Terima kasih. Semoga
bermanfaat ya. GBU