Lompat ke konten Lompat ke footer

Tahun 2050. 100% semua ikan seafood mati di lautan. Tak ada lagi hidangan ikan yang berasal dari laut. Bagaimana solusi antisipasi nelayan menghadapi tantangan perubahan iklim global warming menggunakan teknologi RAS aquamoaf dan biofishency (2021)

Banyak nelayan atau orang orang yang berada di pinggir pantai telah menerima kesulitan hidup untuk mencari nafkah melalui lautan. 

Ikan di lautan semakin sulit didapat yang menyebabkan dari hari ke hari harga ikan dipasaran melonjak mahal sehingga menyebabkan inflasi pada kebutuhan lainnya.
 
Untuk mencari ikan. Beberapa nelayan terpaksa harus berlayar ke tengah lautan biru yang lebih dalam demi menangkap ikan. Namun, kadang kadang hasilnya pun begitu minim.
 
Beberapa jenis ikan laut telah punah satu per satu dari tahun ke tahun. Ini merupakan sebuah pertanda bahaya peringatan awal bahwa ekosistem di lautan mulai runtuh menuju kepunahan massal. 
 
Perusahaan National Geografi asal Amerika Serikat mengklaim bahwa jika keadaan ini terus dibiarkan berlarut larut dan perilaku manusia tak berubah dengan terus menerus mengeksploitasi alam tanpa pencegahan konservasi. 

Maka pada tahun 2050. Tak ada lagi ikan di laut. Kecuali tanaman alga beracun.

 
Sifat manusia, perubahan pemanasan iklim global dan limbah polusi.
 
Laut merupakan tempat akhir bagi saluran air yang mengalir dari darat ke lautan.
 
Sampah yang menumpuk di darat atau di tiap got selokan masyarakat. Ketika terjadi hujan, air selokan tersebut dapat berimbas fatal pada ekosistem laut. Dimana selokan yang dipenuhi oleh limbah rumah tangga beracun mengalir dari selokan, ke parit, lalu menuju ke sungai dan berakhir ke laut.
 
Sulit bagi ikan air tawar di selokan dapat bertahan hidup dilingkungan air yang hitam pekat, banyak sampah, beracun dan bau busuk. Kecuali nyamuk, belatung, lalat, kecoak dan tikus.
 
Bagaimana jika air berpolusi busuk ini mengalir ke laut. 

Tentu semua ikan laut turut mati.

 
Beberapa perusahaan industri dan UKM yang sering terlibat membuang limbah sampah. Seperti zat kimia tekstil, merkuri, oli motor, sisa buangan limbah minyak goreng. (minyak jelantah). 

Walhasil, menyebabkan lautan semakin tercemar oleh polusi.  
 
Pemanasan global warming turut pula mempercepat kepunahan tanaman terumbu karang yang menjadi pakan utaman bagi biota dilautan.
 
Terumbu karang dikenal sensitive terhadap kebersihan air dan perubahan suhu.
 
1% kenaikan perubahan suhu dapat mengancam kelangsungan hidup semua terumbu karang dilaut.
 
Jika terumbu karang mati maka ikan laut turut mati. Padahal untuk memulihkan terumbu karang membutuhkan ratusan tahun.


Para peneliti telah menyatakan bahwa tak ada solusi pemulihan kembali ekosistem laut seperti dulu kala.
 
Jika hanya mengandalkan 1 negara saja yang melakukan pelestarian. Tetapi negara lain masih menyumbang sampah ke laut dan masyarakat lainnya masih senang menangkap atau berburu ikan dengan cara membom terumbu karang. Itulah faktor penyebab kepunahan ikan laut.   
 
Tim National Geografi mengatakan :
 
Ekosistem spesies ikan lautan telah rapuh. Telah menjadi rentan. Mungkin untuk melihat kehancuran perikanan laut secara keseluruhan. Peristiwa menunjjukkan keadaan beracun seperti kematian ikan dan hal hal lainnya. Sahutnya.
 
Tahun 2050. Tak ada lagi ikan di lautan

 
Ketika terumbu karang mati, maka seperti efek kartu domino. Semua spesias ikan lain penyerta turut ikut runtuh.
 
Anak cucu tak melihat lagi ikan di lautan berenang dengan cantiknya.
 
Air laut hanya diisi oleh sampah, polusi, buangan zat kimia limbah karsiogenik dan tanaman alga beracun yang apabila mekar berubah menjadi air darah.
 
Harga ikan di pasar atau supermarket menjadi semakin mahal.
 
Konsumsi daging Ikan laut tak dapat terbeli oleh kalangan bawah (miskin dan miskin ekstrem). 

Konsumsi mie instan yang murah untuk menganjal perut menjadi hal yang lazim. Ikan laut hanya menjadi idaman di mimpi saja tanpa pernah dapat dikonsumsi lagi oleh mereka. 
 
100% seluruh ikan laut di bumi menuju kepunahan massal pada tahun 2050.
 
Teknologi aquamoaf dan biofishency

Foto : Teknologi Biofishency di install oleh salah satu peternak ikan di Indonesia. 
 
Jasa nelayan untuk perburuan ikan sudah tak layak dari sisi ekonomi. Berhentilah bekerja di bidang ini ketimbang hasilnya sia sia dan terus merugi.
 
Mulailah mendirikan usaha jasa UKM berbasis perternakan ikan laut di darat.
 
Pada tahun 2050. Ikan laut menuju kepunahan. Namun, bukan berarti umat manusia tinggal diam melihat fenomena ini.
 
Dalam 1 kilogram ikan mengandung banyak nutrisi yang baik untuk kesehatan tubuh manusia. Salah satunya yaitu kandungan omega.
 
Usaha berternak ikan berbasis darat. Mulai dilirik oleh banyak pelaku usaha untuk memenuhi kebutuhan daging ikan laut dan tawar.
 
Untuk memulai usaha skala UKM. (kecil dan menengah di bidang perikanan).
 
Minimal teman teman diharuskan memiliki modal sekitar Rp 100.000.000 juta – Rp 200.000.000 juta rupiah.
 
Biofishency adalah sebuah alat yang mampu membersihkan air kolam dan meningkatkan hasil panen perikanan anda. Harga perunit alat tersebut sekitar Rp 80.000.000 juta rupiah.
 
Proses pemasangan mudah. Tinggal plug and play. Colokkan alat ke listrik dan taruh alat pipa penyedot ini ke dalam kolam anda. Walhasil, kualitas kolam anda menjadi bersih jernih setiap saat.
 
Semua jenis ikan air tawar dapat dipelihara. Termasuk udang dan beberapa jenis ikan laut. Kecuali tuna sirip biru membutuhkan teknologi yang lebih canggih.
 
Jika anda berasal dari kalangan perusahaan professional dan berminat memelihara ikan. 

Maka membutuhkan alat Aquamoaf sebagai budidaya ikan melalui teknologi RAS (recirculating aquaculture system). 

Harga alat aquamoaf berserta infrastruktur penunjang sekitar Rp 700.000.000 miliar – Rp 800.000.000 miliar rupiah.
 
Teknologi perikanan ini berasal dari Israel.
 
Perusahaan didukung dan didanai oleh Technion Institute Technology milik pemerintah Israel.

Baca juga :

 
Terima kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU