Lompat ke konten Lompat ke footer

Bagaimana sikap Israel terhadap merger Raytheon dan United Technology. Apa dampak bagi dunia (2019)


United Technologies dan Raytheon resmi menggabungkan bisnis.

United Technologies adalah perusahaan senjata asal AS menyediakan komponen pesawat tempur, pesawat sipil, mesin, peralatan elektronik, komunikasi, energi, sistem prediksi, dll.

Sedangkan Raytheon dikenal sebagai pemasok peralatan rudal, cyber, nanotechnology, kuantum, sensor, machine vision, internet, nanomaterial, AI, avatar, robot, satelit, dll.

Produk terkenal Raytheon adalah rudal Tomahawk.


Beberapa perusahaan senjata lain menatap kwatir terhadap penggabungan tersebut karena dapat menimbulkan efek resiko seperti kesulitan akibat persaingan semakin kompetitif, harga keuntungan laba terkuras semakin mengecil akibat penghematan dan pemangkasan perang harga yang sulit dilawan, komunitas pemegang saham mengalami kerugian jika salah menempatkan investasi, skala keuangan sulit ditandingi, hak paten penelitian pengembangan R&D tertinggal jauh, dan pemecatan PHK karyawan bakalan bertambah bagi industri senjata yg kalah bersaing. 

Raytheon dan United Technology bergabung menggunakan nama baru. 

Yaitu ‘Raytheon Technology’.


David Rosenberg, ahli ekonomi mengatakan :

Apa yang dilakukan dengan tujuan merger ini adalah ingin melenyapkan sumber pesaing. Ini adalah cara luar biasa untuk meningkatkan posisi kekuatan mereka. sahutnya.

Diana L moss mengatakan :

Mereka menggunakan langkah yang ditingkatkan dan kekuatan pasar ditingkatkan sehingga berpotensi membuat pesaing mereka lebih sulit bersaing. Sahutnya. 

Pada tahun 2018 yang lalu. Raksasa senjata asal Amerika Serikat seperti Northrop Grumman dan Orbital bergabung, (merger) menjadi nama baru Northrop Grumman Innovation Systems. Adapula L3 Communication dan Harris Corporation melakukan hal yang sama (merger). Menciptakan perusahaan baru yg disebut L3 Harris.

Gabungan L3 Harris mampu meraup pendapatan bersih senilai Rp 175 triliun rupiah per tahun. (Per 2017).  


Peneliti sejak lama telah memperkirakan. Aksi caplok mencaplok, bantai membantai, merger (M & A) akan terus berlanjut. Industri senjata kecil yg tak inovatif dan tak efektif, bakalan di hantam habis-habisan dan dijebak kedalam dilema utang menggunung hingga akhirnya mati berdarah-darah karena tak mampu membayar utang perusahaannya atau dicaplok oleh industri lebih besar. 

Sisi positif aksi persaingan semacam ini yaitu konsumen pelanggan internasional diuntungkan karena mendapatkan produk senjata dan teknologi berharga lebih murah, lebih canggih dan lebih berkualitas.

Bagaimana perusahaan Israel menilai terhadap merger Raytheon dan United Technology


Salah satu perusahaan di Israel, Elbit System terus mengawasi peta persaingan melawan Raytheon Technology asal Amerika Serikat dan perusahaan-perusahaan persenjataan lainnya.

Elbit System terus mencermati dan berkomitmen untuk melakukan dan menemukan celah peluang upaya apa saja sekecil apapun demi memperluas portofolio dan terus menggoda pasar agar meningkatkan pemasaran produk untuk kehadiran teknologi Israel secara Internasional. 

Merger semacam itu dapat pula dilihat oleh perusahaan Israel sebagai teknik strategi mencari divestasi & kerjasama menguntungkan untuk meningkatkan level walaupun dalam ruang lingkup persaingan sengit.

Sebagai informasi.

Beberapa tahun yang lalu. Elbit System mencaplok perusahaan IMI System. Menciptakan industri senjata asal Israel yg mampu meraup pendapatan bersih senilai Rp 59 triliun rupiah. (Kurs dolar Rp 14.300) (Per 2017).

Lembaga Stockhlom SIPRI. Melaporkan bahwa perusahaan Israel, Elbit System adalah industri senjata terkaya nomor peringkat #28 di dunia. 

Sedangkan Raytheon peringkat #3 di dunia. United Technology peringkat terkaya #11 di dunia berdasarkan kategori industri persenjataan.

Penggabungan Raytheon Technology mampu menghasilkan pendapatan keuangan senilai Rp 455 triliun rupiah per tahun dari penjualan produk dan alat-alat persenjataan. (Net income berdasarkan data Per 2017).

Thomas dari kepala eksekutif Raytheon mengatakan :

Ini semua hanyalah sebuah permainan yang bagus untuk Amerika Serikat. Menjadikan kita negara yang jauh lebih baik dan jauh lebih kuat. Negara kita dibangun di atas para pekerja keras yang gigih. Ini win win solution untuk semua. Sahutnya.



Bagaimana tanggapan pemerintah Amerika Serikat

Raytheon Technology memang perusahaan asal AS. Tetapi bukan berasal dari plat merah BUMN, bertindak sebagai kapitalis swasta yg dikwatirkan oleh presiden Donald Trump. 



Karena suatu saat mereka dapat menaikkan harga suku cadang menjadi mahal sesuka hati mereka demi menarik keuntungan sehingga bisa melemahkan pertahanan negara AS dan merusak ekonomi negara AS itu sendiri.

Berbeda dengan negara lainnya seperti Rusia, Israel, Turki, Iran, dan China. Dimana mayoritas perusahaan teknologi senjata dimiliki oleh BUMN.

Amerika Serikat sudah terlambat dibidang ini membiarkan swasta menguasai penuh produksi persenjataan di dalam negerinya sendiri.

Sejak 58 tahun yg lalu. Pada tahun 1961. Presiden AS Dwight Eisenhower telah memperingatkan regulasi dan parlement negara terhadap kontrol military industrial complex sebagai bencana darurat.

United Technologies dan Raytheon perlu meyakinkan pemerintah Amerika Serikat bahwa mereka loyal dan masih setia terhadap negara. Tetapi bentuk ini sebenarnya sudah bendera merah. Karena pemerintah AS udah kesulitan untuk mengakuisisi perusahaan senjata swastanya yg telah menggurita menjadi raksasa.

Setiap penyusutan dalam jumlah perusahaan senjata di dalam negeri AS seharusnya menjadi masalah besar bagi badan pertahanan Amerika Serikat. Kekhwatiran utama pemerintah AS adalah inovasi di sektor pertahanan, perancangan dan pemproduksi sistem senjata baru dan paling vital yg melindungi hajat hidup banyak warga AS malah dikuasai oleh swasta bukan BUMN. 

Selain Raytheon Technology. Pemerintah AS juga bermasalah dengan perusahaan swasta besar lainnya dalam negeri seperti Lockheed Martin, Boeing, Google, Facebook, Apple, Amazon, Twitter, Microsoft, dll…  

Belum jelas bagaimana pemerintah AS mengatasi hal ini....., atau hanya kekwatiran sesaat semata yg sebenarnya tak perlu ditakuti, malahan ini menguntungkan Amerika Serikat selama nasionalisme perusahaan dan pendidikan kesetiaan negara di pertahankan.

Terima kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU