Lompat ke konten Lompat ke footer

Pertempuran selat malaka antara Amerika Serikat VS China dan bagaimana keadaan kontrol Singapura (2020)

Selat Malaka adalah sebuah selat yang terletak di antara Malaysia, Indonesia dan Singapura.
 
60% pendapatan GDP ekonomi yang menjadikan negara Singapura kaya raya karena ditunjang oleh aktivitas pelabuhan dan perdagangan maritim komersil di Selat Malaka tersebut.
 
Selat Malaka memiliki kedalaman rata-rata 25 meter.
 
Pemerintah Singapura melalui kekuatan militer Singapore Armed Forces SAF menguasai titik bisnis pusat geografis ini sebagai jalur pelayaran kapal kargo berukuran raksasa.
 
Menurut Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat. Lebih dari 30% perlayaran minyak mentah emas hitam melewati selat Malaka.
 
Minyak datang dari negara negara Timur Tengah, Africa Utara, dan tentu saja minyak dari Iran. Menuju ke negara komunis China sebagai peminum haus BBM.
 
Tak hanya emas hitam. China begitu tergantung dengan hasil sumber daya alam dan bahan baku flora fauna dari Africa dan Uni Eropa untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi 1,4 miliar penduduk China.
 
Pertempuran selat malaka antara Amerika Serikat VS China dan bagaimana keadaan kontrol Singapura

 
Selat malaka merupakan salah satu rumah bagi pangkalan militer Amerika Serikat.
 
Markas base militer AS di Singapura bukan berbasis darat.
 
Namun berbasis lautan.
 
Disebut dengan ARMADA KE 7 atau US NAVY 7TH FLEET

 

Itu terdiri dari kapal induk dengan berbagai macam pesawat tempur penyerang. Terdiri dari kapal destroyer bersenjatakan rudal tomahawk dan berbagai macam jenis kapal perang lainnya yang takkan segan segan untuk menembak jika musuh mencoba melawan.
 
Singapura adalah sekutu Amerika Serikat sejak lama hingga saat ini.
 
Berdasarkan perjanjian. Militer Amerika Serikat dapat berlabuh dan berlayar di semua zona territorial atau pelabuhan Singapura bahkan jika tanpa pemberitahuan. Termasuk mampu memblokir semua arus pelayaran disana tanpa pemberitahuan jika dalam situasi genting. Dalam hal kerjasama aktif. Militer AS tentu menelpon Singapura terlebih dahulu.
 
Singapura adalah negara damai, fokus utama Singapura sebenarnya hanya bisnis dalam mencari uang. Disisi lain Singapura bersahabat dengan China, disisi lain juga bersahabat dengan Amerika Serikat. Namun adanya kepentingan Amerika Serikat menjadikan negara Singapura tersebut kesulitan memutuskan diri dan lebih memilih berhati hati diantara 2 raksasa Superpower yang bertikai tersebut. 

Singapura hanyalah negara kecil dengan luas 721 kilometer persegi saja.
 
Namun cadangan devisa (cadev) milik pemerintah Singapura berkali kali lipat dibandingkan dengan tetangga Indonesia dan Malaysia.
 
Sebagai perbandingan, Singapura memiliki cadev sebesar $ 279 miliar dolar atau sekitar Rp 4.324 triliun rupiah. Sedangkan Malaysia $ 101 miliar dolar atau sekitar Rp 1.565 triliun rupiah dan Indonesia sebesar $ 121 miliar dolar atau sekitar Rp 1.875 triliun rupiah.

 
Singapura adalah salah satu sekutu Amerika Serikat yang hebat.
 
Pemerintah dan orang orang Singapura dikenal pandai mengelola negara menjadi maju, bergaya mewah, pandai mengelola transportasi maju, banyak berdirinya gedung pencakar langit, banyak industri manufaktur nan maju, pandai mencari peluang bisnis keuangan, pandai berinvestasi, pandai disektor fintech, dan tentu saja memiliki angkatan militer yang cukup disegani di Asia Tenggara. Walaupun dalam tanda kutip. ‘ukurannya kecil’. Namun alustista Singapura tak dapat dianggap sepele.
 
Kepentingan Selat Malaka bagi Amerika Serikat
 
Sejak tahun 2003, Amerika Serikat sudah ada di Selat Malaka.
 
Laut internasional adalah milik militer Amerika Serikat.
 
Seiring berjalannya waktu pada tahun 2015. Kasus perompakan, bajak laut, pembalakan di sekitar Selat Malaka menjadi sebuah permasalahan krusial bagi banyak kapal kapal dagang milik berbagai negara.
 
Amerika Serikat sudah tak peduli untuk urusan diluar tersebut.
 
Konsep ‘American First’. Kapal perang AS ditugaskan hanya untuk menjaga kapal dagang kargo sipil miliknya sendiri berbendera AS dan para sekutu yang mau membayar rutin biaya keamanan. 
 
Disisi lain, pemerintah China menerapkan hal yang sama. Kapal perang China ditugaskan hanya untuk melindungi kapal kapal berbendara China saja.
 
Setiap hari kapal kapal berlayar dari dan ke Selat Malaka. Termasuk titik pertemuaan antara kapal China dan Amerika Serikat. 
 
Mencoba menutup 2 kelemahan China di Selat Malaka.
 
Amerika Serikat menjalankan teknik strategi untuk menghentikan dan memblokir rantai pasokan emas hitam menuju ke China. Walaupun sebenarnya niat AS tersebut takkan pernah berhasil. Karena China tak hanya tergantung emas hitam kepada Timur Tengah dan Africa utara saja. Melainkan ada pemasok raksasa lain dari wilayah utara, yaitu Rusia.
 
Memblokir dan mengembargo hubungan Rusia dan China adalah sesuatu pekerjaan mustahil bagi AS. Itu takkan pernah mungkin tercapai sampai kapanpun.
 
Kelemahan kedua adalah memutuskan rantai jalur sutera antara China dengan negara negara Africa dengan menutup selat Malaka bagi kapal dagang China.
 
Sekarang disebut OBOR. Ganti nama lagi menjadi BRI Belt One Road, jalur sutra globalisasi abad 21.

 
Kontrol Amerika Serikat diselat Malaka tersebut jika diterapkan justru mematikan dan melemahkan salah satu negara sahabat AS. Yaitu Singapura. Karena secara praktis pusat bisnis perdagangan Singapura akan mati sebagian jika teknik diaktifkan.
 
Kanal buatan China

 
Orang orang China melalui partai pemerintah komunis tentu takkan diam melihat aksi hedegomi Amerika Serikat yang ingin mengontrol selat Malaka dengan memanfaatkan Singapura.
 
Perusahaan alat berat dan traktor milik BUMN China, Liugong machinery dan XCMG.
 
Telah jauh jauh hari membangun infrastruktur pengganti selat Malaka dengan cara membangun selat sendiri, membangun lautan sendiri dan membangun fasilitas militer sendiri.
 
Rute alternative selat Malaka dapat mengurangi biaya pengiriman karena jalur laut semakin pendek 1.000 kilometer. Artinya lebih murah dan hemat biaya ketimbang selat Malaka harus ditempuh selama berhari hari.
 
Kanal buatan China rencananya dibangun sepanjang 120 kilometer dengan lebar 500 meter dan dalam 25 meter. Membelah negara Thailand. Perencanaan selesai antara tahun 2025 atau 2030.
 
Selat kanal buatan tersebut diberinama ‘Kra’.
 
Walaupun Kra berada diwilayah Thailand.
 
Namun Kra sepenuhnya milik partai Komunis.
 
0% milik Thailand.
 
100% milik partai komunis China.
 
Telah dibeli, dikontrol dan dikuasai oleh China.
 
Fasilitas militer turut dibangun sebagai formasi dinding firewall keamanan membentengi Amerika Serikat.
 
Thailand memang tak dapat apa apa dari proyek China itu.
 
Thailand dilarang mengoperasikan, mengekploitasi atau menjalankannya. Namun disisi lain, Kra menguntungkan bagi pejabat politik Thailand karena kontribusi pelayaran, perdagangan dan manfaat keuangan yang diterima.
 
Selat kanal Kra di Thailand sepenuhnya dikendalikan oleh China.
 
Energi dan makanan dibutuhkan oleh China. Karena China sudah tak dapat memenuhi kebutuhan pangan dan energi sendiri. Jadi dibutuhkan ketergantungan dari negara lain.  
 
Kanal kra menjadi jalur baru bagi pasokan jalur makanan dan energi menuju ke China.
 
Dalam permainan papan catur.
 
2 kelemahan China coba dihadang oleh Amerika Serikat.
 
Namun rupanya, Amerika Serikat masih gagal.
 
Mungkin, AS perlu mencari cara strategi lainnya untuk melemahkan supremesi ekonomi dan militer China. Atau tergantung sepenuhnya kepada Thailand untuk menggagalkan atau membatalkan rencana pembangunan kra.
 
Sebaliknya, tahun 2030. Selat Malaka yang dulunya dianggap ramai dan penting mulai berangsur angsur menjadi sepi. Jika infrastruktur kra telah selesai dibangun. Kecuali kapal dagang dari China menuju ke Malaysia, Indonesia dan Australia. Atau dari Jepang, Korea Selatan, Uni Eropa, Africa menuju ke Indonesia. Dibilang sepi sih ngga juga ya. Karena bisnis dari negara lain masih berlayar ke Indonesia. Walaupun tentu separuh aktivitasnya hilang jika kra selesai dibangun oleh China.

Kanal Kra di Thailand. Bagi China adalah aset strategis penting memungkinkan angkatan laut Tiongkok dan kapal kargo bergerak leluasa. Sehingga dapat mengakhiri era dilema Selat Malaka. Sebuah chokepoint sempit antara Indonesia, Singapura, Malaysia yang diampit oleh kekuatan militer Amerika Serikat disana.

Kegelisahan terbesar bagi China jika Thailand suatu saat nanti memilih menolak dan membatalkan pembangunan infrastruktur kanal kra. 
 
Terima kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU