Lompat ke konten Lompat ke footer

Amerika Serikat, Tolong Tak Pergi Meninggalkan Kurdi. Belajarlah dari Militer Israel (2019)

Kabar mengejutkan datang dari Presiden Amerika Serikat. Pada akhir 2018, Trump mengumumkan akan melakukan penarikan mundur sekitar 2.000 pasukan AS yang ada di Suriah dengan alasan ISIS sudah dikalahkan.

Kabar tersebut mengejutkan banyak pejabat dari partai Republik yg tak setuju. Menyebabkan menteri pertahanan Jim Mattis dan McGurk mengundurkan diri karena ketidaksetujuan.

Alasan Trump memulangkan pasukan kembali ke negaranya dapat dipahami.

Bahwa perang berlarut-larut di Suriah, Irak, Afghanistan menyebabkan pembengkakan biaya sehingga mengoncang perekonomian AS.

17 tahun Amerika Serikat berperang di Timur Tengah. Musuh-musuh AS tak pernah membiarkan Paman Sam menang.


Perang berkepanjangan menyebabkan lebih dari 4.085 tentara AS tewas meninggal dunia dan 36.029 orang-orang AS mengalami cacat permanen.

Beberapa diantaranya mengalami trauma gangguan jiwa hingga bunuh diri akibat teringat kejadian mengenaskan nan mengerikan di Timur Tengah.

Kini kesalahan dimulai kembali oleh Donald Trump.



Brett McGurk, Mantan keamanan nasional anti-ISIS mengatakan dalam wawancara stasiun televisi bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump sudah kehabisan strategi. 

TAKKAH BELAJAR DARI KESALAHAN BARACK OBAMA

Apa yg dilakukan oleh Donald Trump saat ini dengan merencanakan pemulangan tentara, sebenarnya mirip-mirip seperti yg dilakukan oleh Barack Obama pada masa lalu.

Ketika itu, Mantan presiden Barack Obama yakin bahwa Amerika Serikat telah menang sehingga memutuskan untuk memulangkan pasukan dari Irak karena menyebabkan gangguan ekonomi akibat biaya perang yg membengkak.

Alih-alih, Musuh justru menyusun kembali kekuatannya, ISIS muncul menjadi penyerang dominan. Iran semakin memperkuat cengkramannya dikawasan dan ekonomi China semakin maju ingin mengeser posisi Amerika Serikat.

AS terpaksa harus memulai perang baru yg menelan biaya lebih besar lagi di Irak & Suriah.


Amerika Serikat sudah kehabisan rencana. Semua serba salah…

Memutuskan tetap mempertahankan tentara di Irak, Afghanistan dan Suriah, artinya kelak ada korban baru bertambah dari pihak AS dan biaya bengkak semakin mengoncang ekonomi AS.

Sedangkan apabila memutuskan untuk memulangkan tentara AS, takkan belajar dari kesalahan Barrack Obama. Musuh justru lebih kuat dengan memberikan keleluasaan akibat kekosongan sehingga terorist bertumbuh kembali. Serangan fatal 9/11 yg membunuh lebih dari 3.000 korban sipil AS dipastikan suatu saat segera terulang lagi.

Lindsey Graham, Senator komisi persenjataan dari partai Republik mengatakan :

Langkah Trump memulangkan tentara AS sebagai kesalahan terbesar seperti yang dilakukan oleh Obama. Sahutnya.

Jadi, apa solusinya…?

SEKUTU KURDI DI SURIAH 

Foto : Tentara Kurdi dengan latar belakang kendaraan lapis baja stryker AS
Kabar Donald Trump ingin memulangkan tentara di Suriah mengejutkan Kurdi atau SDF (Syrian Democratic Forces).

Kurdi adalah sebuah kelompok etnis di Timur Tengah yg selama bertahun-tahun berperang melawan Iran, Irak, Turki, Suriah, dan Islamic State.

Kurdi memang memiliki pasukan pemberani dan tangguh untuk berperang, wanita pun ikut terlibat berperang menjaga kedaulatan tanah airnya. Tetapi Kurdi lemah di bidang politik, persenjataan dan sistem pemerintahan.

Tanpa bantuan senjata, pengawasan udara, uang, dukungan pesawat tempur drone, dan akses pertempuran intelijen yg diberikan oleh pasukan militer Amerika Serikat.

Kurdi berserta SDF takkan bisa memenangkan peperangan seperti yg terjadi saat ini. Lebih dari 40.000 nyawa orang-orang Kurdi telah tewas dalam mempertahankan wilayahnya.

Tanpa Amerika Serikat, Kurdi bukanlah apa-apa.

Kini AS malah ingin pergi meninggalkan sekutu setianya Kurdi.


Jonathan Marcus mengatakan :

Keputusan Presiden Trump membalikkan garis resmi pentagon dan departemen luar negeri. Menempatkan Kurdi yang menjadi sekutu aliasi terbaik AS dalam bahaya yang lebih besar. Sahutnya.

Salah apabila Donald Trump menyebut terrorist ISIS atau Islamic State kalah. ISIS sulit mustahil untuk dikalahkan mereka hanya terusir ke padang pasir. Operasi ISIS begitu luas membentang hampir ke berbagai negara, ISIS jauh dari kata kalah atau mustahil dikalahkan...

Foto : ISIS/Islamic State. Mereka memiliki tujuan utama menciptakan negara Kekalifahan raksasa lintas batas. Siapa saja yg tak menerima ideologi terorist ini dianggap musuh, kafir, murtad, thaghut sehingga layak dianggap target perang
Negara Turki diketahui pula berniat mempersiapkan peluncuran operasi peperangan baru terhadap Kurdi.

Turki selama ini menganggap Kurdi sebagai perpanjangan terrorist milisi YPG dan PKK.

Foto : Tentara Turk Silahli Kuvvetleri Turki di Suriah memerangi ISIS dan Kurdi
Sementara itu, Presiden Bashar al Assad masih berada di posisinya akibat dukungan militer Rusia yg kuat. Serta adanya Iran, Hizzbullah dan kelompok-kelompok ekstrimis syiah lainnya turut membantu. 

Di Suriah, tersisa Idlib, Efrin, DeiEzzor, dan wilayah Kurdi belum dicaplok oleh pasukan syiah Bashar al Assad.

Kepergiaan tentara AS. Dapat mengundang musuh terbesar & terkuat yg paling sulit untuk dikalahkan. Yaitu RUSIA SI BERUANG MERAH dipastikan segera memperbesar pengaruhnya di Timur Tengah apabila militer Amerika Serikat pergi. Itu tentu kabar buruk bagi kelangsungan AS. 

Foto : Pasukan SPETNAZ Rusia
Rusia akan mendukung Iran untuk menyebar ke Irak, Yaman & Suriah sehingga dominasi Rusia semakin sulit dikalahkan di masa depan.

Dengan dukungan militer Rusia. Iran dipastikan gencar membangun persenjataan Nuklir. Program Nuklir Iran tentu berbahaya bagi keamanan & Kedaulatan Amerika Serikat.

Israel telah memperingatkan AS bahwa Iran gencar membangun senjata Nuklir tersebut.

Intelijen Mossad Israel menemukan banyak bukti, termasuk Yellow Cake, bahan baku uranium, pengayaan, 163 flasdisk berisi informasi rahasia senjata nuklir, dan 5.000 document pembangunan infrastruktur blueprint Nuclear milik Iran telah dicuri oleh intel Mossad.

Israel memperingatkan. Senjata nuklir Iran tak hanya menyasar Israel, tetapi pertama-tama Arab Saudi, karena Iran ingin memperluas cengkramannya di Timur Tengah. Amerika Serikat pun turut menjadi target.

Memulangkan tentara AS adalah ‘KESALAHAN TERBESAR’.


LALU APA SOLUSINYA UNTUK MILITER AMERIKA SERIKAT :

Belajarlah dari militer Israel yg dikenal begitu efektif.

Tak perlu menempatkan pasukan di jantung wilayah musuh itu takkan pernah berhasil, 17 tahun Amerika Serikat di Afghanistan hanyalah menderita tangisan, kematian dan biaya perang yg membengkak.

Perhatikan siapa sekutu terbaik, siapa musuh, dan siapa penghianat.  

Musuh Amerika Serikat di Timur Tengah adalah Suriah, Iran, Rusia, Yaman Houthi, Lebanon Hizzbullah, dan Islamic State.

Penghianatan Amerika Serikat di Timur Tengah adalah Afghanistan, Pemberontak Oposisi yg sering menyalahgunakan bantuan senjata AS malah diberikan ke tangan ISIS, Termasuk Turki, Pakistan, Irak, dan Palestina. Condong kearah penghianat.

Tinggalkan penghianat tersebut, hapus semua bantuan keuangan dan pemberian senjata kepadanya…,

Tetaplah bersama dengan sekutu terbaik di Timur Tengah. Seperti Kurdi, Yordania, Israel, Qatar, Arab Saudi, Kuwait, Oman, dan Bahrain. Pertahankan pangkalan militer AS di sana untuk memonitor musuh-musuh dan penghianat.

Foto : Tentara IDF Israel
Gunakan 3 teknik utama militer Israel.

1]. Pemblokadean Blokir Perbatasan untuk memperlemah kawasan dengan membangun pembatas pagar.

2]. Serangan udara yg menyasar penghancuran infrastruktur termahal & terpenting. Seperti baterei, gudang senjata, pangkalan nuklir, dan pusat commando.

3]. Serangan pendudukan pasukan khusus terbatas di waktu yg terbatas. Tanpa perlu menduduki secara permanen.

Keunggulan teknik Israel yaitu efektif murah, korban dipihaknya minim, dan musuh terus melemah.

Selama ini Amerika Serikat tak menerapkan sistem yg diterapkan oleh militer Israel. Apa yg dilakukan oleh AS justru menancapkan dirinya di lubang buaya, tak ayal mengapa ribuan tentara AS tewas.  



Presiden Donald Trump. Tirulah teknik Israel. Sebagai contoh :

GAZA kesulitan untuk mengatasi Israel karena adanya pembokiran perbatasan yg dilakukan oleh Israel, disini tentara IDF Israel tak perlu mendirikan markas di jantung GAZA sehingga korban di pihak IDF begitu minim. Melainkan hanya mengirim pasukan khusus terbatas di waktu terbatas untuk mengatasi hal rumit yg hanya dapat diselesaikan oleh pasukan darat atau mengawasi GAZA melalui pesawat tempur drone kemudian informasi diteruskan ke pusat Israel apabila terdapat ancaman bahaya maka dapat dilumpuhkan.

Di Suriah, Israel melancarkan serangan udara hanya bertumpuk kepada penghancuran infrastruktur militer termahal. Sehingga IRAN kesulitan mengoperasikan perangkat senjatanya untuk memperkuat negaranya sehingga terus-terusan melemah.  

Amerika Serikat sebenarnya dapat menerapkan teknik Israel. Karena terbukti efektif dan memimalkan korban dari tentara AS itu sendiri.

Pasukan AS dapat beroperasi dari pangkalan base militer seperti di wilayah Kurdi, Arab Saudi, Bahrain, Yordania, Kuwait, Qatar atau dari lautan melalui kapal induk.

Tinggalkan Suriah, Irak, Afghanistan, Turki, Libya, Lebanon, dan Pakistan.

Awasi negara-negara ini melalui pencitraan satelit, drone dan patroli pesawat tempur.

Amerika Serikat masih memiliki banyak sekutu setia. Perkuat aliansi dengan sekutu terbaik di kawasan Timur Tengah.

Artikel Lainnya :

Terima kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU