Lompat ke konten Lompat ke footer

Teknologi AI, robotika dan machine automation dapat membuat 90% umat manusia di bumi mengalami jobless ( pengangguran ) pada tahun 2050 ( 2023 )

Dengan kemajuan pesat perkembangan teknologi dalam beberapa tahun terakhir ini di bidang artificial intelligence, robotika, machine automation, printing 3D, deep learning, komputer quantum, blockchain, self driving, big data, system aplikasi, algoritma, dan lain lainnya. 

Teknologi modern dapat membuat semakin banyak orang orang pada zaman ini mengalami jobless atau kehilangan pekerjaan sehingga harus di PHK ( putus hubungan kerja ). 

Setiap beberapa tahun sekali, lompatan teknologi terus meningkat mempengaruhi sistem ekonomi makro dan mikro secara global yang dimana setiap bentuk perubahan ke tahap teknologi level canggih mampu menurunkan permintaan terhadap tenaga kerja padat karya. 

Terutama terhadap kebutuhan produksi yang bersifat berulang ulang ( repetitive ). 

Beberapa teknologi dan robot memang tak dapat menggantikan keseluruhan peranan manusia.

Contohnya seperti polisi, perawat, dokter, pencukur rambut, tentara, koki, teknisi mekanik, tukang pijat, ustad, pendeta, tukang konstruksi, trader professional, babysister, pejabat politik, artis, penyanyi, founder, CEO, ilmuwan, guru, perancang busana fashion, manajer, HRD, PSK, ASN, konsultan, Youtuber, petugas pembersih hotel, dan pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan interaksi sosial. Itu sampai kapanpun agak sulit diganti oleh robotika. 

Tetapi setidaknya, robot dan machine automation dapat menurunkan jumlah partisipasi angkatan kerja manusia di bidang lainnya. Seperti administrasi, buruh pabrik dan karyawan yang melakukan pekerjaan berulang ulang. 

Manusia dan robot tetap dapat bekerja bersama sama dalam sebuah pekerjaan yang efektif dan efesien. Hanya saja, jumlah pekerja dikurangi dari yang tadinya berjumlah banyak menjadi lebih sedikit. 

Misalkan. 

Sebuah pabrik UKM. Setelah bekerjasama dengan robot. Maka jumlah karyawan dipangkas dari 100 orang menjadi hanya 10 orang saja. Tetapi tetap dapat menghasilkan output manufaktur yang lebih cepat, tepat waktu dan ergonomis secara finansial dengan meraih keuntungan berlipat ganda. Walaupun hanya menggunakan sedikit tenaga kerja manusia tanpa harus mengaji atau merekrut lebih banyak orang, melainkan memborong lebih banyak robot.

Teknologi AI, robotika dan machine automation dapat membuat 90% umat manusia di bumi mengalami jobless ( pengangguran ) pada tahun 2050 ( 2023 )

Kemampuan utama dari robot yaitu bekerja cepat seperti tak kenal lelah. Daya kerja kecepatan dan ketepatan robot bahkan melebihi kemampuan manusia di atas rata rata. Kecerdasan buatan (AI) bahkan mampu berpikir ngegas tak tertandingi dalam waktu cepat tanpa melibatkan emosi dan kegalauan.  

Bagaimanakan cara manusia mampu mengalahkan robot....? 

Saya rasa sulit. 

Disisi lain, keadaan zaman modern menuntut terus menerus agar setiap perusahaan besar yang terdaftar di bursa saham dan UKM mampu memproduksi barang dan layanan jasa dengan harga yang lebih murah, kualitas lebih baik dan jumlah kuantitas yang lebih banyak. 

Robot dan AI merupakan opsi tepat untuk menggantikan tenaga kerja manusia tersebut. 

Oleh sebab itu, tak ayal ini dapat memicu dampak pengangguran massal atau gelombang PHK yang membuat banyak orang orang menjadi sadboy dan sadgirls ketika pekerjaan mereka diambil alih oleh AI dan robotika. 

Fenomena ini disebut sebagai 'pengangguran teknologi'. 

Pengangguran teknologi adalah hilangnya pekerjaan pada beberapa kalangan orang orang akibat dari perkembangan zaman yang disebabkan oleh perubahan teknologi menjadi lebih modern dan canggih. 

Memang benar, teknologi dapat menciptakan jenis pekerjaan baru. Tetapi itu bukan dari jenis pekerjaan padat karya. Melainkan membutuhkan skill SDM tingkat yang lebih tinggi. 

Artinya apabila dilihat dari kacamata hilangnya pekerjaan. Teknologi memang tak terbantahkan dengan jelas membawa ancaman gelombang PHK pada industri padat karya. Jumlahnya diprediksi terus semakin membesar dari waktu ke waktu dimana orang orang semakin mengalami kecemasan akibat tak ada lagi tempat untuk mereka bekerja ( jobless ). 

Namun, apabila dilihat dari sudut pandang kacamata positif lainnya. Teknologi, robotika dan AI terbukti mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang membawa pertumbuhan ekonomi skala makro dalam jumlah besar. 

Di masa depan pada tahun 2050. 

Jumlah pekerja manusia diperkirakan hanya ada 10% saja. Selebihnya kaloborasi dengan robot dan AI. 

Lalu sisa 90% orang orang yang terdiri dari sekitar 30% anak anak usia sekolah masih belum dapat bekerja menghasilkan uang karena mereka belum cukup umur. Jikapun anak umur 17, 18, 19 dan 20 tahun dituntut untuk bekerja, hasilnya seringkali tak maksimal karena mayoritas bekerja masih belum akurat dan sering salah dalam pekerjaan. 

Contoh : 

Anak umur 20 tahun dituntut bekerja di bengkel. Ketika memperbaiki motor, sering kali memasang bagian bagian motor secara terbalik dan terlepas baut bautnya karena kurang pengalaman. 

Anak umur 19 tahun dituntut bekerja di konstruksi bangunan. Ketika membangun sebuah rumah, sering kali tembok runtuh, roboh dan amblas karena kurang pengalaman.

Umur ideal untuk seseorang bekerja yaitu berumur 21 tahun - 50 tahun. 

Ini disebut usia produktif.

Sedangkan usia 50 - 70 tahun sudah tak mampu lagi bekerja normal karena sering sakit sakitan akibat menderita penyakit.  

Tantangan dari dampak teknologi yaitu memicu 90% penduduk di seluruh dunia mengalami penggangguran massal. 

Dimana mayoritas orang orang bakal hidup ketergantungan sepenuhnya dari bantuan sosial atau bansos di tahun 2050 nanti. 

Artinya, misalnya dari 100.000.000 juta orang disebuah negara. Itu berarti hanya ada 10.000.000 juta pekerja saja yang bekerja. Sisanya masih sekolah dan jobless. 

Lalu mayoritas orang nganggur ngapain saja aktivitasnya.  

Pada intinya sebanyak 90% juta orang dapat hidup menganggur mencakup cakupan global untuk seluruh dunia. 

Mereka walaupun sudah tak bekerja lagi. Tetapi tetap terlihat sibuk untuk melakukan sesuatu kesibukan yang kurang penting karena memiliki banyak waktu luang, seperti ngerumpi dengan tetangga, main game, scroll Tiktok, rebahan sambil swipe instagram, sibuk nonton Youtube sampai kebablasan berjam jam, Facebookan, kumpul rapat, sibuk tidur tiduran, ikut acara arisan, nongkrong berjam jam sambil melamun dapat durian runtuh Rp 2 miliar, nonton film pornografi berjam jam dan aktivitas kesibukan lain lain sebagainya yang tak menghasilkan uang.

Di tahun 2050. Mayoritas 90% orang orang hidup menganggur memiliki banyak sekali waktu luang, sedangkan saldo uang untuk biaya kehidupan sehari hari di isi oleh pemerintah masing masing negara melalui bantuan sosial ( bansos ) setiap bulannya tanpa harus mereka bekerja lagi. 

Sehingga orang orang tak bekerja dianggap hal lazim di masa depan pada tahun 2050. Tetapi perlu untuk diketahui : Bantuan transfer uang bansos tak dapat membuat seseorang menjadi kaya raya, itu hanya cukup untuk biaya hidup 1 bulan saja atau 2 minggu saja, sambil menunggu isi saldo di bulan berikutnya dengan cara berhemat hemat.   

Oh ya, untuk mengatasi sisi negatif dari perkembangan masif teknologi AI. 

Tentu saja ada tawaran solusi. Yaitu : 

50% anggaran APBN dapat dialokasikan ke perlindungan sosial bansos untuk mencegah kemiskinan dan kelaparan pada rakyat. Namun mengapa hal ini tak terjadi (2021)

Pemanfaatan model circular flow diagram economy ke sistem pajak pemerintah yang terdistribusi kepada 50% APBN untuk perlindungan sosial bansos Indonesia yang terhubung ke industri revolusi ke 5 ( 2022 )

Pada tahun 2030 distribusi jaminan gaji bantuan sosial dari pemerintah mencakup tercover 65% populasi rakyat per bulan per orang di usia 21 tahun ke atas (bukan per keluarga) 

Temuan solusi program pemanfaatan bansos lokal government dan basic income internasional dalam circular economy dapat diberdayakan kepada semua orang dari usia anak 7 tahun hingga meninggal dunia usia 80+

5 keunggulan universal basic income (UBI) ( 2020)

Benarkah Artificial Intelligence, Robot dan Otomatisasi menciptakan lebih banyak pekerjaan baru (2019)

Terima kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU.