Skip to main content

Israel ROC : Pesawat drone VTOL taktis tanpa awak yang mampu terbang 25 jam nonstop dengan kemampuan komunikasi sejauh 250 km tanpa infrastruktur landasan bandara ( 2025 )


Teknologi drone kategori MALE (Medium Altitude Long Endurance) selama ini dianggap sebagai standar prestise dalam peperangan modern.

Sayangnya, kategori drone MALE memiliki 2 kelemahan fatal. Yaitu : 

Pertama, harga per unit terlalu mahal dengan berkisar Rp 250 miliar – Rp 600 miliar rupiah.

Biaya semahal ini hanya negara kaya atau militer raksasa yang mampu mengoperasikan armada drone MALE dalam jumlah signifikan. Sedangkan negara berkantong pas pasan dengan APBN terbatas praktis sulit membelinya.

Kedua, drone MALE memerlukan infrastruktur bandara untuk lepas landas dan mendarat.

Berkaca pada serangan Iran ke Israel yang menjadikan bandara sebagai target utama dalam peperangan rudal balistik. 

Itu menjadi contoh nyata bagaimana ketika landasan pacu berhasil dirusak maka drone MALE tradisional menjadi lumpuh total, tidak bisa terbang, tidak bisa bertugas dan tidak bisa berbuat apa apa, hanya terparkir tersembunyi di hanggar beton sambil menunggu perbaikan infrastruktur bandara. 

Selain itu, apabila militer terlalu mengandalkan ketergantungan pada infrastruktur bandara yang mahal dan terlalu tersentralisasi. Maka itu tidak baik, banyak terjadi gap.

Koltun dari Israel mengatakan : 

Landasan pacu adalah batasan operasional. Jika anda bukan VTOL, maka anda memerlukan landasan pacu bandara dan jika tidak ada landasan pacu maka anda kehilangan waktu yang berharga. Sahutnya. 

Israel Drone Roc :

Perusahaan teknologi asal Israel Attis Aviation menjawab solusi dengan menciptakan pesawat drone tanpa awak ROC. Menjembatani kesenjangan dan menutup celah kelemahan.

Drone ROC mampu lepas landas dan mendarat vertikal ( VTOL ) di mana saja dan kapan saja. Menghilangkan sama sekali terhadap kebutuhan infrastruktur bandara.

Bisa lepas landas di lokasi terpencil, hutan, gurun, perbukitan, dek belakang mobil, kapal komersial, padang rumput, lapangan basket, atap gedung, dll.

Bagi militer ini berarti keunggulan taktis, mobilitas tinggi dan menyulitkan musuh mendeteksi tempat persembunyian karena drone ROC bisa disembunyikan dimana saja pada ruangan ruang sempit.

Dari sisi biaya. 

Drone ROC dibanderol berkali kali lipat lebih murah dibandingkan drone MALE yang berukuran besar tetapi ROC tetap siap menawarkan kemampuan realistis bagi negara dengan anggaran APBN tipis tipis untuk mencari drone yang bisa memiliki kemampuan pengintaian ISR sekaligus menawarkan serangan rudal mematikan. 

Drone ROC mampu terbang hingga 25 jam nonstop dengan kemampuan komunikasi yang menjangkau sejauh 250 km dari GCS. Kemampuan 25 jam dan jangkauan 250 km sudah dianggap begitu optimal dalam peperangan modern kategori taktis. Tidak perlu dilebihkan lagi, kecuali tabung internal sebagai daya angkat bom yang perlu ditingkatkan di masa depan.   

Berkecepatan terbang hingga 90 km/jam. 

Kapasitas angkut (payload) mampu membawa berbagai macam muatan seberat 40 kg di dalam tabung internalnya. Mendukung misi Intelligence, Surveillance & Reconnaissance, pencarian deteksi kebakaran hutan, mengatasi ilegal logging, penyeludupan, patroli perbatasan, memburu kapal pencuri ikan, serta membantu angkut logistik ke medan perang. 

Bawaan drone ROC meliputi :

~ Radar dan Sensor pencitraan canggih.

~ Drone kamikaze bunuh diri.

~ Rudal pembunuh antitank 

~ Bom.

~ Paket amunisi peluru dan obat-obatan.

~ Balon karet penyelamat untuk orang tenggelam.

~Aneka macam logistik lainnya.

ROC bukan satu satunya pemain. Perusahaan Heven Drones asal Israel melalui produknya Raider juga menawarkan drone VTOL dengan kemampuan membawa muatan hingga 22 kg. 

Merepresentasikan tentang transformasi VTOL yang fleksibel, murah, cepat digerakkan, mampu membawa muatan berat dan mobilitas taktis yang gesit.

Terima kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU.