Kenapa gedung apartemen vertikal dengan lantai tingkat tinggi tidak berkelanjutan secara bisnis siap bangkrut diganti dengan rumah vertikal ( rumah susun ) hanya dengan maksimal 2 lantai saja dan hunian rumah tapak 1 - 2 lantai dengan konsep urban farming semakin mendominasi di seluruh dunia ( 2025 )
Ada pembaharuan dari perkembangan yang coba saya amati bahwa bukan 3 lantai, melainkan cukup 2 lantai sebagai batas ambang maksimal bagi seluruh gedung. Entah itu apartemen, rumah sakit, hotel, supermarket, pabrik, dll.
Ini tentu menjadi pertanyaan dalam benak saya setelah memperhatikan mengapa gedung dengan lebih dari 3 lantai banyak kosong atau tidak dihuni oleh orang atau ditinggalkan penyewanya.
Gedung apartemen, hotel, supermarket dengan lantai tingkat tinggi, dianggap simbol modernitas dan prestige. Tetapi adanya faktor ekonomi, sosial dan lingkungan alam membuat model bisnis gedung bertingkat tinggi perlu untuk dipertanyakan keberlanjutannya.
Memang gedung bertingkat tinggi menawarkan daya tampung hunian vertikal yang mampu menampung banyak orang hingga ribuan orang dalam luasan hektar yang kecil, sehingga menghemat banyak space pada lahan.
Tapi itu sesungguhnya tidak berkelanjutan, perlahan lahan bakal ditinggalkan oleh banyak orang karena alasan berikut ini :
1]. Biaya listrik untuk lift
Lift digunakan terlihat gratis, tapi sebenarnya tidak. Karena beban perawatan & pembayaran lift itu pada akhirnya ditagih pada biaya sewa dan langganan bulanan atau tahunan.
Konsumsi listrik untuk fasilitas lift dalam jangka panjang jika ditagih ke orang orang kaya, tentu tidak menjadi beban dan tidak jadi masalah karena mereka punya banyak uang. Tapi jika biaya lift ditagih ke kalangan penyewa dari orang kelas bawah dan menengah. Itu jelas membuat mereka berpikir ulang dan tertekan, mengingat harus ada biaya lainnya yang dibayar.
Semakin tinggi gedung, artinya semakin besar pula daya listrik untuk mengangkat lift untuk membawa orang orang naik ke atas dan turun ke bawah.
Misalkan biaya lift untuk seseorang harus bolak balik 10 kali penggunaan dalam 1 hari seharga Rp 10.000 ribu rupiah. Tagihan ini membebani bagi kalangan miskin dan menengah. Oleh sebab itu, apartemen lantai tinggi hanya cocok dihuni oleh orang kaya berduit.
Sebaliknya orang miskin dan menengah lebih memilih tinggal di rumah susun 2 lantai atau apartemen 2 lantai tanpa lift.
Artinya pilihan logis kebanyakan orang orang daripada harus naik lift dengan biaya langganan yang mahal, mereka lebih memilih "angkat kaki" ke rumah susun dua lantai aja yang lebih ramah biaya dan cuma naik tangga aja sekalian sekaligus olahraga biar sehat. Daripada dompet melarat karena buat bayar tagihan lift.
2]. Perawatan infrastruktur kontruksi.
Semakin tinggi bangunan sebuah gedung maka tekanan pada bagian bawah tanah semakin menekan yang membutuhkan pengawasan inspeksi rutin dari petugas infrastruktur profesional supaya gedung tetap kokoh berdiri atau tidak retak pada bagian bawahnya. Dan ya, lagi lagi itu tambahan biaya yang harus ditagih pada tambahan langganan bulanan atau tahunan.
Orang miskin dan orang menengah, ogah membayar untuk tagihan tidak penting tersebut. Alih alih membayar lebih baik pilih pindah ke rusun 2 lantai atau memilih tinggal dirumah tapak tanpa perlu ada biaya rutin inspeksi kontruksi.
3]. Pembangunan rumah susun 2 lantai atau rumah tapak lebih cepat daripada membangun gedung apartemen tinggi
Membangun gedung dengan lantai 20 lebih rumit, kompleks, mahal dan lambat.
Beda dengan membangun rusun 2 lantai atau bikin rumah tapak proses pengerjaan tukang dapat diselesaikan lebih cepat dibandingkan gedung bertingkat tinggi.
Kenapa hanya maksimal 2 lantai, bukan hingga lebih dari 3 lantai.
Karena naik turun 2 lantai bagi kalangan lansia terasa cape, bahkan anak muda pun menolak untuk tinggal di lantai 3 karena juga merasa cape kalau harus naik turun tangga setiap hari hingga ke lantai 3. Jadi lantai 2 ambang batas toleransi yang dapat diterima oleh kesehatan manusia.
Gedung apartemen tingkat tinggi, hotel, kantor maupun supermarket berlantai tinggi mulai kehilangan daya tarik secara ekonomi. Kombinasi rumah susun rendah maksimal 2 lantai dan rumah tapak terus menerus menjadi hiasan wajah baru hunian dunia di bumi.
Karena lebih murah dan lebih mudah dikelola.
Dan jika Afrid Fransisco benar, maka di masa depan bakal menjamur lebih banyak rumah tapak dimana pada bagian atas disulap menjadi tempat rooftop sebagai areal bercocok tanam sayur sayuran, buah buahan, memelihara ayam dan kolam ikan.
Terutama juga halaman belakang, samping rumah maupun perkarangan di sulap menjadi kebun urban farming.
Sebaliknya di masa depan bakal banyak apartemen mewah, ruko bertingkat tinggi, hotel mewah, supermarket mewah bertingkat tinggi, rumah mewah bertingkat 3 lantai bakal kosong ditinggalkan penghuni.
Satu per satu gedung tinggi di seluruh penjuru dunia bakal dirobohkan.
Perubahan trend siap menuju ke rumah susun 2 lantai dan rumah tapak 2 lantai.
Terima kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU.
